Percepatan Transisi Energi Butuh Kolaborasi Lintas Sektor
Jakarta, Berita — Percepatan transisi energi dari fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT) membutuhkan kolaborasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan. Baik dari unsur pemerintah, swasta, BUMN, akademisi, maupun organisasi masyarakat sipil.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Wiluyo Kusdwiharto dalam acara The 11th Indonesia EBTKE ConEx 2023 di Tangerang Selatan, Rabu (13/7).
“Dalam mengakselerasi transisi energi di Indonesia dibutuhkan usaha berkoordinasi antara seluruh Pemerintah memiliki peranan penting dalam mendorong implementasi dan penegakan kebijakan penting yang dapat membantu mempercepat transisi energi,” ujar dia.
Wiluyo menyebut, pembiayaan publik dan swasta harus segera dimobilisasi untuk diterapkan secara besar-besaran guna mengakselerasi pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
“METI menyediakan wadah untuk bertukar pikiran tentang isu-isu strategis yang akhirnya diharapkan dapat berkontribusi menyediakan solusi, advokasi, dan edukasi dalam rangka mengakselerasi pengembangan energi terbarukan di Indonesia,” ucapnya.
Senada, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menjelaskan bahwa kolaborasi lintas sektor sangat penting dalam percepatan masa transisi ini. Apalagi, Indonesia telah berkomitmen mengurangi efek gas rumah kaca, baik dengan usaha sendiri, maupun dengan dukungan dunia internasional. Indonesia juga berkomitmen mencapai target net zero emission pada 2060 atau lebih awal.
“Kementerian ESDM juga berkomitmen untuk memajukan ekonomi energi baru melalui peraturan. Contohnya, Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2020 yang merubah BPP based pricing ke ceiling price-based pricing yang memberikan ruang kesempatan untuk pengembang untuk menetapkan tarif sesuai dengan target bisnis,” beber Arifin.
Indonesia, lanjut Arifin, juga berkomitmen untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru dan menetapkan pathways untuk mencapai target emisi sector energi pada tahun 2030 dalam skenario karbon rendah dari long-term strategy for low carbon and climate resilience 2050 (LTS-LCCR).
Inovasi dan membangun sumber energi alternatif melalui proyek-proyek baru sambil berinvestasi dalam pengembangan teknologi baru menjadi langkah strategis mencapai target Indonesia dalam proyek transisi energi.
“Setiap orang di ruangan ini memainkan peranan penting dalam membentuk perjalanan bangsa. Hanya dengan bersama-sama kita akan mencapai tujuan tersebut, bukan hanya untuk meng dekarbonisasi negara kita dan memenuhi janji-janji kita, tetapi juga untuk menciptakan pertumbuhan baru dalam ekonomi energi baru,” ujarnya.
Turut hadir dalam The 11th Indonesia EBTKE ConEx 2023, Gubernur Aceh Achmad Marzuki, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, Dewan Penasehat METI Hilmi Panigoro.
Kemudian Direktur Utama PT PLN Persero Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PT Pertamina Persero yang diwakili oleh Direktur Logistik & Infrastruktur PT Pertamina Persero Alfian Nasution, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia Wiluyo Kusdwiharto, serta Ketua Steering Committee Indonesia EBTKE Conex 2023 Eka Satria.