Vale-Huayou Gandeng Ford, Produksi Nikel dan Kembangkan Industri EV Global
Jakarta, Tambang – PT Vale Indonesia Tbk (Vale) dan Zhejiang Huayou Cobalt Co. (Huayou) Tiongkok menjalin kerja sama dengan produsen mobil global, Ford Motor Co. (Ford) untuk memproduksi nikel demi kelangsungan industri electric vehicle (EV) global, Kamis (30/3).
Dalam perjanjian ini, ketiganya bakal memajukan produksi nikel yang lebih berkelanjutan di dalam negeri dan membantu dalam pembuatan baterai kendaraan listrik agar harganya lebih terjangkau.
Presiden Komisaris PT Vale dan Wakil Presiden Eksekutif Vale Energy Transition Metals, Deshnee Naidoo menyampaikan bahwa sinergi ini meneguhkan Vale menjadi perusahaan tambang nikel yang berkelanjutan dan rendah karbon. Percepatan ekosistem kendaraan berbasis listrik menjadi bukti bahwa Indonesia komitmen terhadap net zero emission.
“Kemitraan ini mengukuhkan PT Vale Indonesia sebagai pemasok utama dan pemimpin dalam nikel berkelanjutan dan rendah karbon, berdasarkan sejarah 55 tahun kami sebagai mitra utama dengan komitmen untuk mendorong manfaat sosial ekonomi yang berkelanjutan bagi Indonesia dalam perjalanannya menjadi hub penting dalam rantai nilai EV global,” ujar Deshnee.
Menurut dia, ketiga perusahaan ini nantinya akan melakukan penyertaan modal di Proyek High-Pressure Acid Leach (HPAL) Blok Pomalaa melalui kesepakatan definitif yang dirayakan hari ini dalam acara yang dihadiri oleh Presiden Indonesia Joko Widodo.
Proyek HPAL Blok Pomalaa akan mengolah bijih yang dipasok oleh PT Vale Indonesia dari tambang Blok Pomalaa untuk menghasilkan nikel dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP). MHP adalah produk nikel berbiaya rendah yang digunakan dalam baterai EV dengan katoda kaya nikel.
“Pabrik HPAL ini akan beroperasi di bawah naungan PT Kolaka Nickel Indonesia di Blok Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Tunduk pada persetujuan regulator, proyek ini dapat menghasilkan hingga 120 kiloton MHP per tahun,” imbuh dia.
Diketahui, persiapan lokasi awal Proyek HPAL Blok Pomalaa telah dimulai di mana konstruksi secara penuh direncanakan pada tahun ini dengan operasi komersial dimulai pada 2026.
“Kolaborasi ini akan menyediakan bahan-bahan penting untuk peralihan industri otomotif ke EV, meningkatkan industri manufaktur EV Indonesia, dan mendukung rencana Ford untuk menghasilkan laju produksi 2 juta EV pada akhir 2026 dan skala lebih lanjut secara bertahap,” beber dia.
Kata dia, proyek pemrosesan nikel tiga arah, bersama dengan perjanjian pasokan terpisah yang sedang dikembangkan dengan Ford dan Huayou untuk bahan aktif katoda prekursor yang penting untuk pembuatan baterai lithium-ion, secara kolektif akan digabungkan dengan sumber nikel Ford lainnya.
“Berkontribusi secara signifikan untuk mendukung target produksi kendaraan listriknya hingga akhir 2026,” pungkasnya.
Vice President industrialisasi Ford Model e EV, Lisa Drake mengatakan kerangka kerja ini memberikan kendali langsung kepada Ford untuk mendapatkan nikel yang dibutuhkan dengan salah satu pendekatan industri berbiaya terendah.
“Ini memungkinkan kami memastikan nikel telah ditambang sejalan dengan target keberlanjutan perusahaan kami, menetapkan standar ESG yang tepat saat kami mengukur,” ujar dia.
“Bekerja dengan cara ini menempatkan Ford pada posisi memudahkan EV diakses oleh jutaan orang dan dengan cara yang tetap melindungi manusia dan planet dengan lebih baik,” imbuh Lisa.
Senior Vice President Huayou, George Fang menyatakan bahwa Huayou adalah perusahaan berbasis teknologi, dan produsen terkemuka bahan baterai energi baru ramah lingkungan, rendah karbon, dan berstandar ESG tinggi.
Kerja sama strategis ini merupakan salah satu proyek unggulan di bawah sinergi BRI-GMF, juga menghubungkan sumber daya nikel dan kobalt Indonesia dengan pembuat EV melalui kapabilitas canggih Huayou dan teknologi HPAL, merupakan model bisnis rantai nilai EV yang hebat dan akan memberikan kontribusi yang luar biasa bagi perkembangan ekologi industri EV di Indonesia.
“Upaya bersama ketiga pihak bertujuan untuk menciptakan pengaruh yang sangat positif terhadap perkembangan ekonomi dan sosial Indonesia, serta industri EV global dan rantai pasokannya,” ujar George.
Perkuat Ekosistem EV Hingga Komitmen Dekarbonisasi
CEO PT Vale, Febriany Eddy menyampaikan hal yang sama. Kata dia, perjanjian ini menunjukkan bahwa bukan hanya mengenai apa yang perusahaan tambang lakukan sebagaimana biasanya. Lebih dari itu, Vale dan mitra melakukan praktik pertambangan yang baik dan komitmen terhadap keberlanjutan.
“Kami menanamkan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola ke dalam semua yang kami lakukan, dan hasilnya adalah kolaborasi unik dengan pembuat mobil global Ford dan pemroses mineral global terkemuka Huayou untuk berinvestasi bersama dalam proyek ini,” ujar Febriany.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa kerja sama global ini sejalan dengan visi Indonesia untuk membangun ekosistem EV domestik dan menjadikan PT Vale sebagai kontributor penting dalam mengatasi tantangan dekarbonisasi dunia.
“Dengan investasi yang akan menghasilkan manfaat ekonomi lokal dan memastikan pemanfaatan sumber daya nikel Indonesia secara optimal,” imbuh dia.
Sebagai informasi, kesepakatan ini merupakan kelanjutan dari groundreaking Blok Pomalaa pada November lalu. Blok ini merupakan Proyek Strategis Nasional dengan investasi hingga Rp67,5 triliun dan diperkirakan akan mempekerjakan sekitar 12.000 pekerjaan konstruksi.
Proyek tersebut sebelumnya diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Dalam sambutannya, Menteri Luhut mengatakan Blok Pomalaa merupakan batu loncatan bagi Indonesia untuk diakui sebagai produsen mineral berkualitas tinggi untuk ekosistem EV global.