Kestabilan lereng adalah konsep penting dalam rekayasa geoteknik dan pertambangan yang berkaitan dengan kemampuan lereng untuk tetap stabil dan mencegah kegagalan atau longsor. Kestabilan lereng dapat mempengaruhi keselamatan, efisiensi operasional, dan dampak lingkungan. Kestabilan lereng merujuk pada kemampuan suatu lereng untuk mempertahankan posisi stabil tanpa mengalami pergerakan yang signifikan atau ketidakstabilan. Ketidakstabilan lereng terjadi ketika gaya-gaya yang bekerja pada lereng melebihi kemampuan lereng untuk menahan gaya tersebut, mengakibatkan pergerakan tanah atau batuan. • Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng.
1. Geometri Lereng.
Geometri lereng merujuk pada struktur fisik ataupun bagian-bagian dari lereng yang mencakup ketinggian dan sudut kemiringan. Kondisi kemiringan dan orientasi tegaknya suatu lereng memiliki dampak signifikan pada tingkat kestabilan suatu lereng. Semakin tinggi sudut kemiringan dan semakin tegak suatu lereng maka kestabilannya akan semakin berkurang.
2. Kandungan Air Tanah.
Air tanah yang terkandung pada lereng akan menambah beban yang besar sebagai moisture tanah pada lereng. Di samping itu, material yang jenuh air akan mengalami penurunan kekuatan geser karena tekanan air pori yang terdapat dalam struktur material. Kondisi air tanah menunjukkan tinggi level air di bawah permukaan lereng, memengaruhi tekanan ke atas dari air pada bidang-bidang lemah, yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan.
3. Struktur Batuan.
Kestabilan lereng dipengaruhi oleh struktur batuan seperti bidang sesar, perlapisan, dan kekar serta rekahan. Struktur tersebut juga merupakan diskontinuitas atau suatu bidang lemah yang menjadi jalur bagi rembesan air, meningkatkan risiko terjadinya longsor. Mengetahui kondisi bidang lemah dan distribusinya juga penting untuk bisa mengidentifikasi arah dan jenis longsoran yang mungkin terjadi pada massa batuan. Dengan mengetahui jenis longsoran, analisis kestabilan lereng dapat dilakukan lebih efektif, memungkinkan penentuan geometri yang stabil untuk mencegah kejadian longsor (Kornelis Bria dan Isjudarto, 2017).
4. Berat Beban yang ditanggung oleh Lereng.
Semakin besar beban yang ditanggung sebuah lereng, semakin tinggi kemungkinan terjadi deformasi pada lereng tersebut (Bowles 1989 dalam (Kornelis Bria dan Isjudarto, 2017).
5. Sifat Fisik Batuan.
Sifat fisik material penyusun lereng yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah bobot isi asli, bobot isi kering, bobot isi jenuh, kadar air, porositas, void ratio, derajat kejenuhan.
6. Sifat Mekanik Batuan.
Parameter-parameter dari pengujian sifat mekanik (material pembentuk lereng) adalah kohesi, sudut geser dalam, modulus elastisitas, nisbah poisson, kuat tekan, kuat geser, kuat tarik.
7. Gaya Dari Luar.
Gaya-gaya ataupun pengaruh dari luar yang dapat mempengaruhi dan bisa mengurangi kestabilan lereng adalah getaran akibat peledakan dan penggunaan alat berat (Kornelis Bria dan Isjudarto, 2017).