Pacu Hilirisasi, Dibentuk Mineral Center Tembaga dan Timah •
Produk hilir timah yang ditampilkan pada kegiatan Copper and Tin Industry Forum 2024 di Jakarta, Selasa (29/10).
Jakarta, – Kementerian Perindustrian akan membentuk material center untuk tembaga dan timah. Pusat bahan baku ini diharapkan bisa menjadi induk inovasi dan distribusi bahan baku yang terkoordinasi dengan baik untuk industri tembaga dan timah dalam negeri.
“Material center ini akan mendukung hilirisasi, mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, serta memperkuat efisiensi rantai pasok sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekspor produk bernilai tambah tinggi,” ungkap Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta, saat membuka Copper and Tin Industry Forum 2024, Selasa (29/10).
Menurut Setia, salah satu tantangan utama dalam industri tembaga dan timah adalah mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Saat ini, sebagian besar tembaga Indonesia diekspor dalam bentuk konsentrat dengan nilai tambah rendah.
Terhitung mulai 1 Januari 2025, konsentrat tembaga dan lumpur anoda akan dilarang ekspornya. Ini merupakan upaya untuk terus mendorong hilirisasi lebih lanjut. Di sisi lain, timah masih banyak diekspor dalam bentuk logam mentah.
“Hilirisasi harus menjadi fokus utama untuk menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi, seperti katoda tembaga, tin plate, dan produk hilir lainnya. Hal ini juga akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama di pasar internasional,” tegasnya.
Lebih lanjut, sertia menyebutkan bahwa Kemenperin terus memperkuat hilirisasi dan meningkatkan daya saing industri tembaga dan timah nasional. Apalagi, sektor tembaga dan timah memiliki peran penting dalam mendukung industri hilir, seperti otomotif, elektronik, peralatan listrik, dan energi terbarukan.
“Dengan memiliki cadangan tembaga yang besar sekitar 28 juta ton, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan cadangan tembaga terbesar ketujuh di dunia. Di sisi lain, Indonesia juga merupakan produsen timah terbesar kedua dunia, dengan kontribusi 14 persen terhadap total produksi global,” paparnya.
Menurut Dirjen ILMATE, potensi besar tersebut perlu terus dioptimalkan agar memberikan nilai tambah yang lebih tinggi bagi ekonomi nasional. Inilah yang mendasari penyelenggaraan Copper and Tin Industry Forum 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan dari sektor industri tembaga dan timah, termasuk perwakilan pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, serta akademisi.
“Forum ini diharapkan dapat menjadi wadah diskusi dan kolaborasi untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya tembaga dan timah di Indonesia serta memperkuat sektor hilir agar lebih berdaya saing di pasar global,” ungkap Setia.
Selain itu, Copper and Tin Industry Forum 2024 juga bisa menjadi kesempatan bagi para produsen bahan baku tembaga dan timah untuk bertemu dengan industri pengguna, seperti industri kabel listrik, peralatan listrik, dan otomotif.
“Dengan mempertemukan sektor-sektor ini, diharapkan terbentuk sinergi yang optimal untuk memperkuat rantai pasok nasional, sekaligus membuka peluang investasi dan kolaborasi,” tegasnya.