Sustainable Aviation Fuel (SAF) dapat Sertifikasi Internasional •
Kilang Pertamina Internasional (KPI) meraih sertifikat ISCC CORSIA dan Europe Union untuk memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari minyak jelantah.
Jakarta, – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) meraih sertifikat ISCC (International Sustainability Carbon Certification) Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Europe Union (EU) untuk memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari minyak jelantah atau minyak goreng bekas pakai (Used Cooking Oil/UCO). Ini memantapkan langkah KPI menjadi pemimpin transisi penggunaan bahan bakar ramah lingkungan di tingkat nasional dan regional Asia Tenggara.
Corporate Secretary KPI, Hermansyah Y Nasroen, menjelaskan dengan diraihnya sertifikasi ini, SAF KPI memenuhi persyaratan sustainability. Dengan begitu, SAF dapat diterima dan diperdagangkan sesuai regulasi International Civil Aviation Organization (ICAO) CORSIA (worldwide) dan Uni Eropa.
“Unit Treated Distillate Hydro Treating (TDHT) di Kilang Cilacap telah berhasil meraih sertifikasi ISCC Corsia dan EU SAF pada awal Desember 2024 lalu,” ungkap Hermansyah, Jum’at (10/1).
Perolehan sertifikat ini, menurutnya, menunjukkan pengakuan dunia internasional atas kemampuan dan kapabilitas KPI dalam memproduksi SAF. Apalagi Unit TDHT Kilang Cilacap, selain dapat memproduksi Pertamina SAF, juga dapat memproduksi bahan bakar solar nabati yang berasal dari 100 persen bahan baku nabati sejak tahun 2022. Produk ini dikenal dengan nama Pertamina Renewable Diesel (RD) atau Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) yang juga telah bersertifikat ISCC.
KPI juga terus melakukan inovasi untuk memproduksi Pertamina SAF melalui Project USAF (UCO to SAF) yang dicanangkan sejak tahun 2024.
“KPI sebelumnya mampu memproduksi Pertamina SAF dengan bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) atau minyak inti sawit, dan kini KPI siap melangkah dengan memproduksi Pertamina SAF tersertifikasi ISCC pertama di Indonesia/Regional dengan bahan baku minyak jelantah yang direncanakan pada kuartal- I tahun 2025,” kata Hermansyah.
SAF yang dihasilkan menggunakan campuran minyak jelantah ini memiliki kelebihan berupa emisi karbon yang lebih rendah sekitar >90 persen dibandingkan avtur yang berbahan baku 100 persen minyak bumi. Selain itu, penyerapan minyak jelantah untuk digunakan sebagai campuran pembuatan avtur ini dapat berkontribusi dalam pengurangan limbah minyak jelantah yang dapat berpotensi mencemari lingkungan.
Dalam rangka persiapan produksi SAF dari minyak jelantah, dijadwalkan di bulan Januari 2025 ini dilakukan penggantian katalis yang mampu mengolah minyak jelantah menjadi SAF di Kilang Cilacap.
“Katalis yang akan digunakan merupakan hasil pengembangan Technology and Innovation Pertamina berkolaborasi dengan expert dan engineer Kilang Pertamina Internasional. Katalis ini diproduksi di fasilitas pabrik katalis dalam negeri. Hal ini menunjukkan penguasaan teknologi advance oleh engineer Indonesia,” jelas Hermansyah.