Berbahan Baku Lokal, IKM Bisa Lebih Bersaing •
Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza.
Jakarta, – Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, melihat kondisi pasar industri saat ini banyak diisi atau didominasi oleh produk yang berasal dari industri besar. Kondisi ini menjadikan industri kecil dan menengah (IKM), dengan etalase dan produksinya yang terbatas, menjadi kian tersingkir.
Karena itulah, Kementerian Perindustrian terus berupaya menciptakan keseimbangan dalam persaingan pasar, mengingat tidak semua segmen (ceruk) dikuasai oleh industri besar. Perlu ada ceruk yang diisi oleh IKM dengan jenis industri yang mereka sanggup mengisinya.
“IKM diharapkan bisa menjadi mata rantai pasok bagi industri besar yang akan men-delivery produknya sampai ke pengguna akhir (end user),” ungkap Faisol dalam sambutannya di acara pembukaan Awarding Gebyar IKMA 2024, Kamis (14/11).
Dia menegaskan, Kementerian Perindustrian mendorong IKM agar bisa lebih berdaya saing dan menguasai pasar domestik hingga internasional. Apakahi selama ini, IKM telah mampu menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
“Itu sebabnya kerap diadakan business matching antara IKM dengan perusahaan pemasoknya,” tegas Faisol.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita, pada 12-13 November 2024 Ditjen IKMA juga melaksanakan business matching yang diikuti 97 calon mitra atau buyer dan 140 IKM, terdiri atas para IKM nominator IFI, Startup4Industry (S4I), OVOP, CBI, serta IKM sandang dan kerajinan. Melalui business matching ini, IKM dapat memperkenalkan usaha dan keunggulan produknya secara langsung kepada calon buyer sehingga dapat terjalin kerja sama antara IKM dengan buyer.
“Business Matching juga menjadi sarana mempertemukan langsung IKM unggulan peserta program fasilitasi Ditjen IKMA dengan perusahaan, ritel dan industri terbaik dalam rangka memperkuat dukungan terhadap IKM agar naik kelas, serta membantu buyer untuk mendapatkan produk IKM yang berkualitas,” tutur Reni.
Adapun para penerima penghargaan di antaranya 12 IKM OVOP (One Village One Product) Bintang 3, 46 IKM OVOP Bintang 2, dan 55 IKM OVOP Bintang 1. Penghargaan OVOP diberikan kepada IKM yang berlokasi di sentra IKM, menghasilkan produk kelas global yang unik dan khas daerah dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
Sementara, penghargaan Indonesia Food Innovation (IFI) ditujukan bagi IKM pangan terpilih yang mempunyai inovasi produk dan/atau proses dan berbahan baku utama sumber daya lokal, agar siap menjadi industri pangan yang marketable, profitable, dan sustainable, dengan dua pemenang pada kategori intermediate product dan tiga pemenang pada kategori end product.
Selanjutnya, kompetisi Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA) yang ditujukan dapat melahirkan desainer muda berbakat yang memiliki visi sustainability dalam bidang kriya dan fesyen. Terdapat enam pemenang IFCA, terdiri atas tiga pemenang pada komoditi fesyen dan tiga pemenang pada komoditi craft.
Selain itu, terdapat lima pemenang Startup4Industry, meliputi tiga pemenang kompetisi dan dua penerima apresiasi. Penghargaan Startup4industry diberikan kepada startup yang teknologi/solusinya berhasil mencapai key performance index yang ditargetkan sekaligus juga memberikan dampak terbaik kepada IKM selama masa proyek implementasi pada Startup4industry 2024.
Gebyar IKMA tahun ini dilaksanakan pada 12-17 November 2024 di Mal Kota Kasablanka, Jakarta dengan beberapa rangkaian kegiatan, meliputi pameran yang menampilkan produk IKM peserta terbaik program Ditjen IKMA, yaitu One Village One Product (OVOP), Indonesia Food Innovation (IFI), Startup4Industry (S4I), Creative Business Incubator (CBI), IKM kosmetik, penerima Upakarti, IKM binaan BPIPI, serta produk IKM alumni program kompetisi Ditjen IKMA. Pameran tersebut bertempat di area Mosaic Walk dan Food Society A Mal Kota Kasablanka, Jakarta.
Menurut Wamenperin, Indonesia memiliki peluang besar pada bonus mografi di mana sebagian besar penduduk berada dalam usia produktif. Tahun 2030 nanti, sebagai puncak populasi usia kerja Indonesia, mencapai lebih dari 70 persen dari total penduduk. “Bonus demografi ini bisa menjadi daya dorong untuk peningkatan produktivitas termasuk di sektor IKM,” ujarnya.