BUMA Tawarkan Obligasi Syariah Perdana • Petrominer

Dua orang karyawan BUMA tengah berdiskusi di salah satu situs tambang BUMA di Kalimantan.

Jakarta, Petrominer – PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), anak perusahaan utama PT Delta Dunia Makmur Tbk (Delta Dunia Group/DOID), mengumumkan penawaran Sukuk Ijarah I BUMA Tahun 2025 (Sukuk). Penawaran Sukuk perdana dengan jumlah maksimum Rp 2 triliun ini menandai tonggak bersejarah dalam strategi diversifikasi keuangan Grup sekaligus memperluas basis investor Grup ke pasar keuangan Syariah.

Direktur Delta Dunia Group, Iwan Fuad Salim, mengatakan, penawaran Sukuk Ijarah I BUMA Tahun 2025 menandai tonggak penting dalam strategi pendanaan dan mendiversifikasi sumber pendanaan sekaligus meningkatkan kemampuan operasional BUMA. Tingginya permintaan investor terhadap Obligasi Rupiah II BUMA Tahun 2024 dan oversubscribed mencerminkan kepercayaan terhadap kekuatan finansial dan eksekusi BUMA yang disiplin.

“Penawaran Sukuk ini semakin memperkuat kredibilitas dan kemampuan kami untuk mendapatkan sumber pendanaan yang beragam untuk pertumbuhan yang berkelanjutan,” ungkap Iwan dalam siaran pers yang diterima PETROMINER, Senin (24/2).

Sukuk atau sering disebut sebagai obligasi syariah adalah instrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah. Meski mirip dengan obligasi konvensional, namun dirancang untuk menghasilkan imbal hasil dari kinerja aset yang mendasarinya, bukan dari bunga, sehingga tetap patuh pada prinsip keuangan syariah.

Sukuk Ijarah I BUMA Tahun 2025 ditawarkan dalam tiga seri. Seri A dengan jangka waktu 370 hari, Seri B dengan jangka waktu 3 tahun, dan Seri C dengan jangka waktu 5 tahun, terhitung sejak tanggal emisi. Pembayaran Imbalan Ijarah dilakukan setiap triwulan, dimulai pada 20 Juni 2025, dengan pembayaran Sisa Imbalan Ijarah pada saat jatuh tempo pada Maret 2026, 2028, dan 2030. Masa bookbuilding berlangsung dari 24 Februari hingga 7 Maret 2025.

Menurut Iwan, pasar global Sukuk terus berkembang, didorong oleh meningkatnya permintaan terhadap instrumen keuangan syariah serta peningkatan penerbitan oleh pemerintah dan korporasi. Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, tetap menjadi kawasan utama berkat oleh ekosistem keuangan syariah yang matang, regulasi yang kuat, dan lembaga keuangan yang mapan. Dengan proyeksi aset Sukuk global melampaui US$ 1 triliun pada tahun 2025, Indonesia diperkirakan berperan penting dalam mempertahankan momentum ini, yang menawarkan peluang besar bagi para penerbit dan investor.

“Dengan memanfaatkan pasar keuangan syariah yang terus berkembang, Grup memperkuat diversifikasi sumber pendanaan, memperkokoh struktur permodalan, memperluas basis investornya, serta menegaskan komitmennya terhadap ketahanan finansial dan keunggulan operasional,” jelasnya.

Direktur BUMA, Silfanny Bahar, menambahkan bahwa dana dari Sukuk Ijarah I BUMA Tahun 2025 akan dialokasikan secara strategis untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang BUMA di Indonesia, yakni 50 persen untuk belanja modal, khususnya alat berat, dan 50 persen untuk modal kerja. Inisiatif ini memperkuat ketahanan finansial sekaligus memastikan efisiensi operasional.

“BUMA berkomitmen memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya secara keseluruhan. Dengan strategi yang terarah dalam ekspansi ke kepemilikan tambang, komoditas, serta diversifikasi sumber pendanaan, kami tetap yakin dapat menciptakan nilai jangka panjang bagi para pemangku kepentingan,” ujar Silfanny.

Penawaran Sukuk Ijarah I BUMA Tahun 2025 ini didukung oleh penjamin pelaksana emisi PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, dan PT Sucor Sekuritas, dengan PT Bank Rakyat Indonesia sebagai wali amanat.

BUMA berhasil meraih peringkat A+ Syariah dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dan Fitch Ratings, yang mencerminkan stabilitas keuangan dan profil risiko gagal bayar yang rendah.