Cerita Yulianti, Operator Dump Truck Listrik Perempuan Pertama dari PT Vale

Jakarta, TAMBANG – Sektor tambang tidak selamanya didominasi kaum Adam. Dalam pekerjaan yang identik dengan kerja kasar ini, Perempuan juga kini tidak mau kalah dan sudah mengisi sejumlah pos-pos strategis, seperti yang dialami Yulianti.

Nama lengkapnya Yulianti Marcelinna. Ibu dua anak ini sudah 11 tahun menggeluti profesi operator alat berat jenis dump truck. Kini, dia dinobatkan sebagai operator perempuan pertama pengemudi mobil jumbo bertenaga listrik dari PT Vale Indonesia (Vale).

“Kalau penyesuaian (dari alat berat konvensional ke alat berat bertenaga listrik-red), tidak lama karena hampir sama pengoperasiannya. Sebagai operator dump truck listrik Pertama, saya bangga juga, pesan untuk perempuan lain kalau minatnya di sini tekuni baik-baik” kata Yulianti saat ditemui di Blok Sorowako, Luwu Timur beberapa waktu lalu.

Menurut dia, kendala menjadi operator alat berat itu terjadi di awal-awal kerja dan tidak terlalu signifikan. Malah dirinya bangga bisa menekuni profesi yang tidak semua perempuan mau menjalaninya.  

“Canggung itu awal-awal saja, terus jadi terbiasa. Sudah 11 tahun berjalan jadi sudah biasa, gak ada canggung-canggung lagi. Justru bawa alat berat gini jadi bangga, langka wanita yang bisa bawa alat berat,” ujar dia.

Di bawah terik, lulusan teknik informatika Universitas Sahid Surakarta ini menceritakan bahwa dirinya memiliki jam kerja yang bervariatif. Kadang kebagian shift pagi dan tak jarang juga dapat jadwal siang bahkan malam hari.

Shift pagi berangkat jam 6, pulang nanti jam 3 sore. Kalau shift siang berangkat jam 14 nanti pulang jam 11 malam. Kalau kerja malam itu mulai dari 10 malam sampai jam 7 pagi,” terangnya.

Menjadi seorang operator alat berat, sebetulnya tidak pernah terbesit dalam pikiran perempuan asal Wasuponda ini. Berawal dari pembukaan lowongan kerja besar-besaran Vale tahun 2011, dia memberanikan diri melamar setelah sebelumnya mengikuti Program Pelatihan Industri (PPI) selama 6 bulan.

“Ada penerimaan besar besaran tahun 2011, saya coba ngelamar untuk operator. Kemarin itu di PPI dulu. Di PPI jurusan operator. Saya Asli Wasuponda. Yang daftar Ama saya waktu itu ada sekitar 10 orang. Semuanya diterima karena kita di PPI dulu selama 6 bulan,” bebernya.

Potret Yulianti Marcelinna saat hendak mengoperasikan dump truck listrik milik PT Vale di Blok Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan

Sebagai seorang perempuan, dirinya tidak pernah mengalami diskriminasi apapun selama bekerja di perusahaan tambang nikel ini. Justru dirinya mendapat perlakuan istimewa dari perusahaan seperti mendapat cuti haid, cuti melahirkan sampai difasilitasi toilet khusus untuk operator alat berat perempuan.

“Cuti melahirkan, cuti haid juga ada. Toilet juga kita dipisah. Rencananya mau diperbanyak karyawan perempuan. Tidak ada diskriminasi karena perempuan. Malah kita sudah seperti keluarga. Jadi bawaannya enak,” ungkapnya.

Saat ini, operator alat berat perempuan PT Vale berjumlah 32 orang. 8 di antaranya merupakan operator alat berat listrik. “Semua operator perempuan ada 32 sementara yang listrik ada 8 perempuan untuk truk listrik,” ucapnya.

Pada Agustus 2022, Vale memang meluncurkan truk listrik besutan XCMG tipe XDR-80-TE dengan kapasitas angkut seberat 70 ton. Meski sebagai pilot project, ke depannya perusahaan tambang nikel terintegrasi ini berencana menambah kendaraan listrik dalam rangka menerapkan praktik pertambangan yang berkelanjutan.

“Saat ini baru satu unit dulu dilakukan uji coba penggunaannya, nanti kami akan evaluasi, tentu juga diiringi dengan infrastruktur pendukung seperti charging station,” tutur CEO Vale, Febriany Eddy saat launching alat berat listrik ini, Agustus lalu.

Menurut dia, penggunaan truk listrik sebagai wujud komitmen perseroan dalam mencapai target untuk menurunkan karbon.

“Penggunaan truk listrik untuk mewujudkan komitmen kita menerapkan operasi rendah karbon di area operasional, sekaligus sebagai upaya cepat untuk melakukan efisiensi. Selama ini, biaya terbesar operasional perusahaan adalah untuk konsumsi energi. Cost terbesar ada di energi. Langkah ini selain untuk efisiensi karbon, juga biaya,” pungkasnya.