Dengan Eco-Edufarming, PHE WMO Hidupkan Harapan Petani Bangkalan •
Program eco-edufarming yang digagas PHE WMO ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir Bangkalan melalui pendekatan yang menggabungkan aspek lingkungan, pendidikan, ekonomi dan sosial.
Bangkalan, – PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) sukses melakukan transformasi lahan kritis menjadi kebun produktif di pesisir Bangkalan. Program inovatif bernama eco-edufarming ini diimplementasikan di Desa Bandangdaja, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Manager WMO Field, Basuki Rakhmad, menjelaskan program ini menggunakan konsep pertanian regeneratif. Dengan teknologi tepat guna, konsep ini berhasil memulihkan lahan kritis dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Padahal, kawasan pesisir memiliki tantangan berupa rendahnya kandungan bahan organik dalam tanah dan struktur tanah yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Hal ini menyebabkan lahan kering dan potensial tidak termanfaatkan secara optimal.
“Akibatnya, masyarakat di Desa Bandangdaja lebih memilih merantau meskipun terdapat sumber air tanah yang cukup untuk pertanian hortikultura,” ungkap Basuki, Rabu (16/10).
Menurutnya, setiap wilayah memiliki program yang disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan masyarakatnya, seperti pelestarian hutan mangrove dan pemberdayaan nelayan. Dan program eco-edufarming dianggap cocok untuk dikembangkan di Desa Bandangdaja.
Program ini merupakan bagian dari inisiatif besar PHE WMO, yaitu One Belt One Road (OBOR) yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir Bangkalan melalui pendekatan yang menggabungkan aspek lingkungan, pendidikan, ekonomi, dan sosial.
Upaya ini dimulai dengan pembentukan Himpunan Pemakai Air Minum (HIPPAM) “SUMBER BAROKAH” pada tahun 2007 untuk mengatasi masalah air bersih di tiga desa, termasuk Bandangdaja. Dengan dukungan PHE WMO, kelompok HIPPAM menerima bantuan pompa air dan pembentukan kelembagaan untuk memastikan akses air bersih bagi lebih dari 400 kepala keluarga.
Berdasarkan studi yang dilakukan, Desa Bandangdaja memiliki cadangan air tanah sekitar 51 juta m³ per tahun, dengan pemanfaatan sekitar 6,6 juta m³ per tahun untuk kebutuhan domestik dan usaha. Dengan cadangan air yang masih melimpah, PHE WMO mengarahkan penggunaan air ini untuk mendukung pertanian hortikultura di lahan kering desa.
PHE WMO juga melakukan pemetaan lingkungan dan kondisi lahan untuk memahami potensi dan tantangan pertanian di desa tersebut. Bersama dengan Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera, mereka mengembangkan kebun percontohan seluas 1 hektar dengan menerapkan sistem irigasi tetes dan menggunakan serabut kelapa sebagai media tanam untuk menghemat air.
Bersamaan dengan itu, masyarakat Desa Bandangdaja juga dilatih untuk mengolah limbah organik menjadi kompos dan pupuk organik cair. Langkah ini membantu mengatasi masalah limbah kotoran ternak yang berlebihan dan sekaligus meningkatkan kualitas tanah. Produk-produk organik ini juga membantu mencegah gagal panen, sehingga hasil pertanian menjadi lebih stabil.
“Sekarang, berkat program Eco-Edufarming, warga Desa Bandangdaja dan enam desa sekitar dapat menikmati sayuran dan buah-buahan organik yang sehat dengan harga terjangkau,” kata Ketua Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera, Achmad Marnawi.
Marnawi juga mengakui program ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga memperbaiki lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.