Ini Upaya Pemerintah untuk Capai Target Produksi Migas 2025 •

Jakarta, – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan SKK Migas terus mendorong optimalisasi produksi minyak dan gas bumi (migas) agar target yang dicanangkan dalam RAPBN tahun 2025 dapat tercapai. Berbagai strategi pun telah disiapkan untuk mendukung hal tersebut. Pertamina menjadi salah satu andalannya.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM, Ariana Soemanto, mengatakan produksi minyak dari Pertamina grup jika ditotal menyumbang sekitar 60 persen, belum termasuk non-operating aset. Porsi terbesar berasal dari blok Rokan, Riau, yang dioperasikan oleh Pertamina Hulu Rokan.
“Saat ini, kontribusi lifting maupun produksi minyak nasional yang paling besar yaitu dari Pertamina Hulu Rokan sebesar 157 ribu barrel oil per day (BPOD). Disusul ExxonMobil Cepu sekitar 143 ribu BOPD. Untuk mendukung target produksi nasional tahun depan, Pertamina Hulu Rokan direncanakan berkontribusi sekitar 165 ribu BOPD,” ungkap Ariana, Jum’at (30/8).
Lebih lanjut, dia menyampaikan strategi lainnya adalah reaktivasi sumur dan lapangan idle, serta pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan laju produksi.
Menurut Ariana, Kementerian ESDM, SKK Migas dan Pertamina telah lakukan pembahasan teknis. Lapangan maupun sumur yang tadinya idle akan jadi prioritas untuk dikerjakan sendiri, atau dikerjasamakan dengan mitra.
“Dalam hal kerjasama dengan mitra, Pemerintah akan mendukung Pertamina agar ketentuan dalam kerjasama antara Pertamina dengan mitra menjadi lebih menarik dan bisa dieksekusi lebih cepat, sehingga tambahan produksi bisa segera didapat,” jelasnya.
Terkait dengan intervensi teknologi, perusahaan migas China (Sinopec) akan masuk ke lima lapangan Pertamina dengan teknologi peningkatan produksi. Kerjasama pemanfaatan teknologi seperti ini akan terus didorong
“Minggu lalu, tim teknis dari ESDM, SKK Migas dan Pertamina ke China untuk evaluasi teknis penerapan teknologi tersebut di lapangan migas di negeri China. Selanjutnya, September ini, tim teknis Sinopec akan ke Indonesia untuk pejajakan teknologi tersebut ke lima lapangan Pertamina. Kerjasama teknologi seperti ini akan terus didorong,” ungkap Ariana.
Pemerintah juga akan terus mengawal upaya peningkatan produksi dari proyek baru maupun eksisting dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Beberapa kebijakan pun baru saja terbit, seperti Peraturan Menteri ESDM Nomor 13/2024 tentang Kontrak Bagi Hasil Migas Gross Split yang baru. Ini tentunya akan dorong iklim investasi migas lebih positif.
“Ini perbaikan dari kontrak bagi hasil migas gross split yang lama, sesuai masukan dari stakeholder juga. Jadi sinyal positif perbaikan investasi hulu migas. Disamping itu, juga ada fleksibilitas kontrak skema gross split ke cost recovery, di mana beberapa blok migas saat ini sedang berproses untuk beralih dari skema gross split ke cost recovery,” paparnya.
Kementerian ESDM juga telah menyiapkan insentif hulu migas yang dapat memperbaiki keekonomian KKKS agar lebih optimal, berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 199/2021. Selain itu, lelang blok migas baru, sekarang jauh lebih menarik. Bagi hasil migas untuk kontraktor saat ini bisa mencapai 50 persen, dibandingkan dahulu yang hanya 15-30 persen saja.
Terkait strategi jangka menengah utamanya eksplorasi migas, dari lima blok migas yang dilelang tahun 2024 tahap I pada Mei 2024 lalu, sebanyak tiga blok penawaran langsung telah selesai evaluasi dan siap diumumkan. Sedangkan dua blok sisanya yaitu lelang reguler masih dalam proses lelang.
Untuk lelang tahap II-2024 tahap nanti juga akan ada minimal lima blok. Saat ini, joint study eksplorasi migas sedang berjalan lebih dari 20 area termasuk di lima fokus area Indonesia Timur. Nantinya area-area tersebut akan dilelang menjadi blok migas.
“Kita bisa lihat bahwa eksplorasi migas masih menarik. Apalagi dengan ketentuan bagi hasil baru, yang bisa mencapai 50 persen itu. Pemerintah terus bergerak dan lebih terbuka untuk upaya optimalisasi produksi dan iklim investasi lebih menarik,” ujar Ariana.