Keberlangsungan Operasi, PHR Aplikasikan Teknologi Mitigasi Cuaca • Petrominer

Perwira PHR sedang menjelaskan informasi cuaca yang ditampilkan di ruang Digital & Innovation Center (DICE), sebuah fasilitas pusat kendali operasional dan big data yang dapat memantau kegiatan di lapangan secara real time.
Jakarta, Petrominer – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengaplikasikan sejumlah teknologi guna mengantisipasi kondisi cuaca yang tidak menentu, bahkan kategori ekstrem. Di Zona Rokan, terdapat 30 titik pemantauan cuaca terkait kegiatan operasi. Mitigasi cuaca ini dilakukan bekerja sama dengan BMKG.
Vice President Information Technology PHR, Triatmojo Rosewanto, mengatakan produksi migas sangatlah penting untuk menjaga ketahanan energi nasional. Dengan upaya mitigasi cuaca melalui aplikasi teknologi, maka risiko bencana dan dampak yang ditimbulkan bisa ditekan.
“Data tersebut sangat membantu kami, terutama dalam upaya pengambilan keputusan strategis terkait aktivitas produksi di lapangan agar tidak terkendala,” ungkap Vice President Information Technology PHR, Triatmojo Rosewanto, Kamis (6/2).
Dari sejumlah titik itu, bisa didapatkan informasi prakiraan cuaca khusus, peringatan dini cuaca, kualitas udara, termasuk juga curah hujan dasarian (jumlah curah hujan dalam periode 10 hari). Ada juga catatan cuaca di pelabuhan untuk keperluan lifting migas dengan akurasi pemodelan cuaca hingga 90 persen.
Secara teknologi, data 30 titik pemantauan disediakan dari BMKG melalui API (Application Programming Interface) yang kemudian diintegrasikan dengan database PHR. Selain itu, PHR juga menarik data informasi meteorologi di titik-titik kecamatan di area operasi Zona Rokan yang tersedia di situs web BMKG dengan menggunakan teknologi RPA (Robotic Process Automation).
“Dari kedua sumber informasi tadi, kita visualisasikan dalam sistem berupa web aplikasi berbasis GIS (Geographic Information System), di mana bisa didapatkan detail data visual seperti informasi cuaca berdasarkan lokasi, informasi curah hujan dasarian dan bulanan, yang kemudian bisa ditampilkan bersama data spatial lainnya seperti lokasi kegiatan operasi, well, pipeline, rig on location, dan sebagainya,” jelasnya.
Untuk memudahkan analisis, serangkaian informasi dan data tersebut divisualisasikan menjadi sebuah dashboard untuk memantau prediksi cuaca selama tujuh hari ke depan, termasuk data per area, cuaca, suhu, kecepatan dan arah angin, kelembaban udara dan curah hujan. Dengan demikian, dapat dilakukan estimasi cuaca yang bisa menjadi acuan dalam kegiatan operasi. Data dashboard tersebut dipantau secara real time.
Salah satu kegiatan operasi yang krusial dan bergantung pada kondisi cuaca adalah pemindahan lokasi rig. Sistem visualisasi dalam bentuk dashboard dan aplikasi sangat membantu melihat kondisi prediksi cuaca di beberapa hari mendatang terutama di area operasi, untuk scheduling perpindahan rig serta memperhatikan area project yang berdekatan dengan aliran sungai yang riskan jika terjadi hujan deras.
“Apabila sudah mengetahui kondisi cuaca, ketepatan serta penyesuaian waktu perpindahan rig bisa diatur. Bisa lebih cepat, atau ditunda misalnya. Sehingga kedepan bisa menghindari adanya rig yang idle,” kata Tri.