MIND ID Menjadi Andalan Penerimaan Negara ?
Penulis : Ferdi Hasiman *
Mineral Industri Indonesia (MIND ID) menjadi salah satu perusahaan BUMN yang bisa diandalkan menyumbang dividen kepada negara dalam beberapa tahun terakhir ini. Sejak tahun 2021, MIND ID sangat konsisten memberikan dividen besar kepada negara, selain BUMN perbankan, seperti PT Bank BRI Tbk dan PT Bank Mandiri Tbk.
Tahun 2021, MIND ID memberikan dividen kepada pemegang saham (negara) sebesar Rp 505 miliar dan tahun 2022 meningkat sebesar Rp 900 miliar. Namun, tahun 2023, tak main-main, MIND ID menjadi penyumbang dividen terbesar ke negara sebesar Rp 11,2 triliun dari total dividen perusahaan BUMN sebesar Rp 81,2 triliun. MIND ID menjadi perusahaan negara dengan penyumbang dividen ketiga, setelah perusahaan minyak dan gas, PT Pertamina (Persero) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). MIND ID adalah perusahaan pertambangan terbesar milik negara dan menjadi raja tambang di tanah air. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apa yang melatari MIND ID menjadi besar di sektor tambang dan berkontribusi besar untuk negara?
Strategi Holding Sukses
Yang membuat MIND ID menjadi besar dan menguasi tambang mineral di tanah air adalah strategi holding yang begitu sukses dilakukan kementerian BUMN sejak era Menteri BUMN, Rini Soemarno (tahun 2017) hingga Menteri BUMN Erik Thohir (2021-2024). Keberanian Menteri-menteri BUMN ini menggabungkan perusahaan tambang BUMN, seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Indonesia Asahan Alumina (INALUM), PT Timah Tbk (TINS) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjadi pijakan awal MIND ID melompat jauh seperti sekarang ini. Tahun 2019, MIND ID masih disebut INALUM sebelum berubah nama tahun 2023. Jika tak digabung asetnya kecil-kecil. Sebelum digabung ANTM tak mencapai Rp 30 triliun, TINS hanya Rp 20 triliun dan PTBA hanya sebesar Rp 30 triliun dan INALUM hanya sebesar Rp 15 triliun. Aset-aset perusahaan tambang BUMN yang kecil inilah yang menyebabkan negara sulit mengakusisi perusahaan tambang tembaga dan emas raksasa PT Freeport Indonesia diawal. Karena kesulitan mencari dana segar untuk membeli saham Freeport senilai US$5 miliar kala itu. Aset kecil tentu menyulitkan BUMN tambang meminjam ke bank atau menerbitkan obligasi untuk membeli saham Freeport yang sangat mahal itu.
Namun, dengan gagasan membentuk perusahaan holding dibawah INALUM waktu itu, membuat BUMN tambang menjadi besar. Ketika digabung ANTM, TINS, INALUM dan PTBA, asetnya mencapai Rp 100 triliun. Penggabungan itulah yang membuat holding tambang menjadi leluasa meminjam dan menerbitkan obligasi sebesar US$5 miliar untuk membeli 51 persen saham Freeport. Alhasil, investor global kemudian berbondong-bondong mengejar global bond INALUM sampai terkumpul sebesar US$5 milar. Hasil penjualan global bond tersebut, INALUM kemudian mampu membeli Freeport tahun 2019, diakhir pemerintahan Jokowi periode pertama sebesar US$5 miliar. Sejak saat itu, Freeport dengan operasi tambang Grasberg di Mimika, Papua berhasil kembali ke pangkuan bumi Pertiwi.
Setelah sukses mengakuisisi Freeport, anggota holding MIND ID menjadi sangat besar. Freeport memiliki aset sangat besar dan memiliki cadangan biji (tembaga, emas dan perak) sebesar 2 miliar ton. Freeport adalah pemegang konsensi tambang tembaga dan emas terbesar di Grasberg Papua, sebesar 90.000 hektar dan memproduksi biji (tembaga,emas dan perak) sebesar 170.000-2000 matrik ton per hari. Profit yang didapat Freeport dari produksi yang begitu besarpun meningkat tajam. Alhasil, MIND ID sebagai pemegang saham terbesar Freeport ikut mendapat berkah dari kinerja Freeport.
Tahun 2022 misalnya, MIND ID mendapat dividen dari Freeport sebesar Rp 48 triliun karena ditopang harga komoditas sangat tinggi waktu itu. Meskipun tahun 2023 mengalami penurunan dividen sangat tajam sebesar Rp 11,12 triliun dari Freeport. Namun, itu angka yang sangat besar yang membuat MIND ID menjadi raja tambang di tanah air dan membuat kontribusi dividennya ke negara menjadi sangat besar. Apalagi, kinerja anggota MIND ID lainnya, seperti ANTM, INALUM, TINS dan PTBA terus mengalami perbaikan.
Holding juga membuat MIND ID semakin mudah membeli 11 persen saham perusahaan nikel terbesar di Indonesia, PT Vale Indonesia Tbk. Sebelumnya MIND ID menguasai 20 persen saham Vale. Setelah sukses membeli 11 persen, MIND ID mampu mengontrol 31 persen saham Vale. Vale adalah salah satu produsen nikel terbesar di tanah air. Vale berkontribusi 19 persen terhadap produksi nikel nasional (produksi 62.000 matrik ton nickle matte per tahun), di atas Virtue Dragon (11 persen) dan PT Aneka Tambang Tbk/ANTM (7 persen/produksi 27.000 matrik ton feronikel per tahun). Dengan menguasai saham Vele, dividen MIND ID semakin besar dan kontribusinya kepada negara juga ikut naik.
MIND ID kemudian juga menjadi raja dibidang tambang, karena menguasai semua sektor tambang di tanah air. ANTM memiliki konsensi tambang bauksit dan nikel terbesar di tanah air yang tersebar di Sulawesi Tenggara sampai Halmahera. TINS adalah produsen timah terbesar kedua di dunia, PTBA adalah penguasa batubara terbesar di tanah air dengan produksi di atas 40 juta ton per tahun dan laba terus membaik. Sementara INALUM adalah raja bauksit dan menjadi satu-satunya perusahaan di Asia yang memproduksi bauksit menjadi alumina ingot sebesar 500.000 ton per tahun untuk dikirim ke Asia Timur dan negara-negara industri besar lainnya. belum lagi dihitung operasi perusahaan tambang Freeport anggota MIND ID lainnya di Grasberg, Papua sebagai penguasa tambang tembaga dan emas terbesar di dunia. Begitupun Vale Indonesia sebagai penguasa konsensi nikel terbesar di tanah air.
Strategi holding yang dilakukan kementerian BUMN adalah obat mujar untuk mengembalikan tambang asing ke pangkuan bumi pertiwi sesuai amanat konstitusi. Bukan hanya itu, tambang BUMN kemudian menjadi motor penggerak roda perekonomian nasional dan daerah. Di daerah misalnya, keberdaaan holding tambang BUMN sangat membantu masyarakat lingkar tambang. Kontribusi PT Timah Tbk terhadap perekonomain daerah di Bangka-Balitung misalnya sangatlah tinggi. Begitupun kontribusi ekonomi daerah dari keberadaan pabrik smelter nikel milik PT Aneka Tambang Tbk di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Freeport juga turun berkontribusi terhadap perekonomian Papua dan Mimika. Sebesar 94 persen PDRB kabupaten Mimika, Papua disumbang Freeport Indonesia. Jadi, keberadaan BUMN tambang terhadap perekonian nasional dan daerah samakin nyata.
Perlu Revolusi Kerja
Yang paling penting dilakukan anggota MIND ID sebagai perusahaan negara adalah tetap menjaga dan merawat lingkungan hidup, melakukan rekalamasi paska tambang. Pengelolahan tambang harus memperhatikan isu lingkungan hidup. Untuk ANTM, misalnya, masalah lingkungan hidup adalah salah satu syarat penting bagi perusahaan bermitra dengan produsen mobil listrik, seperti Tesla. Maka, manajemen lingkungan hidup perlu diperhatikan lagi. Selain itu, anggota holding MIND ID perlu lebih peduli lagi dengan masalah sosial di sekitar wilayah tambang, memperhatikan rakyat miskin agar tambang berkontribusi bagi rakyat sekitar daerah operasi dan rakyat Indonesia. Tata kelolah perusahaan (good corporate governance) adalah salah satu syarat bagi MIND ID jika ingin berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan asing. MIND ID terus berbenah dan melakukan revolusi budaya kerja internal agar lebih kompetitif, professional dan memiliki semangat melayani rakyat.
* Pengamat Pertambangan dan Energi