Pacu Transisi Energi, IESR Dorong Kerja Sama China dan Indonesia •

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan BRIGC di Beijing, China, Kamis (12/12).

Beijing, – Penguatan ambisi iklim dan percepatan transisi energi di Indonesia memerlukan kolaborasi internasional yang erat. Termasuk dengan China melalui kerangka BRI International Green Development Cooperation (BRIGC), inisiatif bersama yang diinisiasi oleh Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup Republik Rakyat China (MEE) bersama mitra internasionalnya.

Institute for Essential Services Reform (IESR) melihat BRIGC sebagai peluang strategis untuk mendorong pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Untuk itu, IESR menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan BRIGC, Kamis (12/12) lalu. Ini menandai kemitraan kedua institusi dalam mempromosikan dan mendukung kerja sama hijau serta rendah karbon dalam kerangka Belt and Road Initiative (BRI) dan proyek-proyeknya di Indonesia.

“Keterlibatan IESR dalam BRIGC diharapkan dapat meningkatkan hubungan diplomatik dan ekonomi Indonesia dan China, mendorong kolaborasi strategis, mendukung proyek rendah karbon, menarik investasi yang lebih besar ke energi terbarukan serta memudahkan akses terhadap keahlian dan inovasi sehingga dapat mempercepat transisi energi berkeadilan di Indonesia,” ungkap Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, dalam pernyataan tertulis yang diterima PETROMINER, Senin (16/12).

Melalui MoU ini, menurut Fabby, IESR akan melakukan penelitian dan analisis kebijakan strategis, memberikan rekomendasi kebijakan, serta menetapkan prioritas aksi untuk memperkuat inisiatif hijau dan rendah karbon dalam kerja sama BRI dengan MEE. Selain itu, IESR juga akan memanfaatkan keahlian luas dari anggota dan mitra BRIGC, baik di China maupun internasional untuk mendorong transisi energi menuju mencapai netralitas karbon di Indonesia.

Selama ini, IESR secara aktif terus memperkuat kemitraan antara Indonesia dan China untuk mendorong dekarbonisasi sistem energi Indonesia dan memastikan pengembangan berkualitas tinggi. Pada September 2023 lalu, IESR, ClientEarth, dan BRIGC melakukan studi bersama yang mengidentifikasi peran China dan potensi area kerja sama antara China dan Indonesia dalam transisi energi.

“Pemerintah China menyambut baik rekomendasi kajian tersebut dan berguna dalam memperdalam hubungan antara Indonesia dan China,” ungkap Fabby.

Lebih lanjut, dia menyoroti peran penting China dalam transisi energi global, sebagai produsen berbagai teknologi energi bersih dan investor untuk proyek energi terbarukan, baik domestik maupun di luar negeri. China memimpin inovasi teknologi, mengintegrasikan standar baru, model bisnis dan teknologi termutakhir, untuk mendorong transformasi bisnis rendah karbon di berbagai sektor.

Meski begitu, Fabby juga mengingatkan bahwa proyek-proyek BRI di masa lalu telah berkontribusi pada perubahan iklim dan polusi. Hingga tahun 2021, pembiayaan BRI mencapai US$ 29,55 miliar untuk proyek pembangkit listrik tenaga batubara di Indonesia.

Karena itulah, dia menekankan pentingnya untuk mengalihkan investasi dari yang berpusat pada pengembangan energi fosil ke energi terbarukan.

“Kita perlu mengalihkan investasi BRI dari batubara ke energi terbarukan untuk mendukung Indonesia mencapai netralitas karbon pada tahun 2050 atau lebih cepat. Indonesia perlu membangun 15 hingga 25 GW energi terbarukan setiap tahun mulai sekarang hingga 2050, disertai investasi dalam penyimpanan energi, modernisasi jaringan listrik, dan transmisi, dengan total investasi kumulatif sekitar US$ 1,2 triliun. Investasi dan teknologi dari China merupakan salah satu sumber penting bagi Indonesia untuk pencapaian target ini,” ujar Fabby.

Anggota GLEN

Dia juga telah ditunjuk sebagai anggota BRI Green and Low Carbon Expert Network (GLEN) oleh Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup (MEE) Republik Rakyat China.

Presiden Xi Jinping mengumumkan pembentukan GLEN dalam Forum Belt and Road ketiga tahun lalu. GLEN beranggotakan 30 pakar, terdiri dari 17 ahli dari China, dan 13 ahli internasional.

GLEN bertugas memberikan saran kepada Pemerintah China tentang penghijauan BRI serta rekomendasi ahli untuk mendukung pembangunan rendah karbon dan berkualitas tinggi di negara mitra BRI.

“Saya merasa terhormat dapat menjadi bagian dari GLEN dan berharap kontribusi saya dalam jaringan ini dapat membentuk visi hijau BRI. Tidak hanya hijau, proyek-proyek BRI harus dilaksanakan dengan prinsip kemitraan yang setara, penghormatan terhadap hak asasi manusia, serta penyelesaian tantangan spesifik setiap negara,” ujar Fabby.