Peran Green Jobs dalam Transisi Adil Menuju Keberlanjutan •

Bersama dengan para ahli di bidangnya, ZONAEBT baungkan Green Jobs Forum: “Transisi Adil Menuju Keberlanjutan.”

Jakarta, – Transisi energi memerlukan strategi regulasi yang kuat dan pengembangan kompetensi tenaga teknik untuk memastikan kesiapan sumber daya manusia (SDM). Hal ini krusial untuk mendukung pertumbuhan sektor energi hijau.

Perubahan iklim juga telah memberikan dampak pada tumbuhnya permintaan akan Green Jobs. Ini menyebabkan munculnya berbagai isu, yang jika tidak mendapatkan solusi akan mengakibatkan tumbuhnya isu baru. Contohnya industri yang tidak mumpuni, kurangnya inovasi industri dan tekanan dari berbagai krisis global ekonomi yang dapat menimbulkan pemecatan secara masal.

Demikian salah satu kesimpulan dari diskusi mengenai ‘Membangun Fondasi untuk Green Jobs: Keterampilan, Pendidikan, dan Kebijakan’ dalam Green Jobs Forum dengan tema ‘Transisi Adil Menuju Keberlanjutan’ yang diselenggarakan ZONAEBT secara daring, Selasa (5/11).

Narasumber diskusi adalah Koordinator Pembinaan Penyelenggaraan Pelatihan Vokasi, Direktorat Bina Penyelenggaraan Pelatihan Vokasi dan Pemagangan, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas, Kementerian Ketenagakerjaan, Gilang Amaldi; Widyaiswara Muda Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan PPSDM KEBTKE ESDM, Budiman R. Saragih; Deputy Team Leader and Component Manager Communication Renewable Energy Skills Development (RESD), Dian Evira Rosa; dan Peneliti Institute for Essential Services Reform (IESR), Julius Christian Adiatma. Dimoderatori oleh Vice Chairman Special Project SRE Indonesia, Muhammad Fachmi Kurniawan.

Gilang mengungkapkan, hingga tahun 2060 nanti, energi terbarukan diproyeksikan akan semakin meningkat. Meski begitu, batubara maupun sumber energi fosil lainnya tidak stop 100 persen tapi secara bertahap, karena kebutuhan energi untuk industri, transportasi dan sebagainya cukup besar.

“Bagaimana kita perlu meningkatkan renewable energy ini di kehidupan sehari-hari kita,” ungkapnya.

Selain itu, menurut Gilang, diperlukan strategi untuk membangun ekosistem yang mendukung Green Jobs, termasuk peran asosiasi dan dunia industri, agar pendapatan domestik bruto meningkat tanpa merusak lingkungan. Tentunya, hal ini menjadi tantangan utama dalam transisi ekonomi.

“Harapannya, dengan adanya Green Jobs ini kita dapat melaksanakan kepentingan nasional kita, bagaimana energi kita tercukupi tetapi energi kita tetap ramah, limbah berkurang, polusi berkurang, kita lebih sehat, ekosistem lebih baik, dan kita bisa beradaptasi dengan perubahan iklim,” paparnya.

Sementara Budiman menyampaikan, terdapat dua jenis Green Jobs, yaitu teknis dan non-teknis. Contoh pekerjaan teknis termasuk teknisi energi terbarukan, yang memiliki keterampilan khusus. Sedangkan pekerjaan non-teknis meliputi bagian akuntan dan bagian hukum yang mendukung.

Dia menegaskan, adanya kebijakan Pemerintah mendukung Green Jobs melalui undang-undang yang mewajibkan sertifikasi sangatlah penting. Terutama untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil dan siap menghadapi tantangan di sektor energi baru.

Pendidikan dan pelatihan vokasi menjadi fokus untuk mempersiapkan tenaga kerja menuju green jobs. Kerjasama dengan kementerian terkait terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Keterampilan teknis dan non-teknis sangat dibutuhkan di sektor energi terbarukan. Pengembangan soft skills juga penting untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja.

Green jobs mencakup berbagai bidang, termasuk biomassa dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Peluang kerja di sektor ini terus berkembang seiring dengan kebijakan Pemerintah,” ujar Budiman.

Pada diskusi sesi kedua, membahas mengenai ‘Menjembatani Kesenjangan: Strategi Transisi Adil untuk Industri dan Pekerja.’ Dimoderatori oleh Founder-Chief Executive Officer GAWIREA, Andi Rosita Dewi. Dengan narasumber Projects Development Head Adaro Green, Teuku Rengga Felamona; Sr. Human Resources at PT Sesna, Meidyna Silva; dan Sr. Manager, Corporate Sustainability and Risk Management PT Medco Energi International Tbk., Firman Dharmawan.

Kemudian dalam sesi terakhir terdapat Showcase Inovasi mengenai ‘Inovasi Untuk Masa Depan Hijau: Solusi Praktis dan Teknologi Baru’. Pengolahan limbah dan pengembangan energi bersih merupakan isu penting di Indonesia. Startup teknologi energi bersih berperan dalam menciptakan lapangan kerja hijau yang berkelanjutan.