Pertama Kali Digarap di Indonesia, Konversi Kapal Tanker jadi FPSO •

Kepala SKK Migas melihat secara langsung full konversi pembangunan kapal tanker menjadi FPSO (Floating Storage Production and Offloading) di kawasan galangan kapal Pan Ocean PT Dok warisan Pertama di Tanjung Uncang, Kota Batam, Kepulauan Riau, Rabu (3/7).

Batam, – SKK Migas dan KKKS terus melakukan inovasi dalam upaya meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) nasional. Salah satunya melakukan konversi sebuah kapal tanker untuk dijadikan Floating Storage Production and Offloading (FPSO).

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan pembangunan atau konversi kapal tanker ke FPSO merupakan bagian dari upaya penting SKK Migas dan KKKS dalam meningkatkan kapasitas produksi migas guna mendukung ketersediaan energi nasional.

Demikian disampaikan Kepala SKK Migas ketika melihat secara langsung tahapan full konversi kapal tanker menjadi FPSO di kawasan galangan kapal Pan Ocean PT Dok warisan Pertama di Tanjung Uncang, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (3/7).

Menurut Dwi, proyek konversi kapal tangker ke FPSO ini merupakan proyek yang pertama kali dikerjakan di Indonesia. Dilakukan oleh pekerja lokal dan telah masuk pada fase commisioning atau fase pengetesan secara parsial.

Nantinya, FPSO tersebut akan dipakai untuk menampung minyak dan gas bumi yang dihasilkan dari Proyek Forel di Natuna, Kepulauan Riau, yang dikelola oleh Medco E&P Natuna. FPSO yang diberi nama FPSO Marlin Natuna ini memiliki kapasitas produksi 250 ribu BOPD,

Dalam kunjungan itu, Kepala SKK Migas bersama rombongan meninjau seluruh fasilitas FPSO termasuk fasilitas penginapan bagi para pekerja yang nanti akan bekerja di FPSO ini. Dengan sigap, Kepala SKK Migas terlihat memapaki anak tangga FPSO yang konversinya telah rampung 80 Persen.

“FPSO ini dibangun untuk peningkatan produksi gas dan direncanakan akan sail away (berlayar-red) pada Agustus, dan digunakan pada saat Proyek Forel onstream di Kuartal IV-2024,“ ujar Dwi optimis.

Sementara itu, Direktur & Chief Operating Officer MedcoEnergi, Ronald Gunawan, mengatakan FPSO ini dijadwalkan akan digunakan pada Proyek Forel di Kepulauan Natuna dengan kontribusi 10 ribu BOPD.

“Kami tengah berkoordinasi dengan instansi terkait dalam penyelesaian pembuatan fasilitas produksi tersebut. Kami berterima kasih atas dukungan semua pihak sehingga proyek ini terus berjalan dengan aman,” ujar Ronald.

Saat ini, Medco E&P Natuna juga sedang melakukan pengeboran sumur lepas pantai atau offshore untuk mengembangkan lapangan gas West Belut dan Terubuk. West Belut diharapkan akan selesai di Kuartal IV tahun ini, sedangkan lapangan gas Terubuk dijadwalkan selesai di Kuartal III-2025.