Presiden COP30 Minta Percepat Aliran Dana Iklim US$ 1,3 Triliun • Petrominer

Presiden Brasil, André Aranha Corrêa do Lago, saat tampil sebagai pembicara dalam COP29 di Baku, Azerbaijan, November 2024 lalu.

Jakarta, Petrominer – Presiden Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim ke-30 (COP30), André Aranha Corrêa do Lago, merilis surat terbuka pertamanya tertanggal 10 Maret 2024. Dalam surat tersebut, Lago merinci sejumlah isu penting untuk dibahas dalam gelaran internasional COP30 di Belem, Brasil.

Salah isu tersebut adalah desakan kepada pemerintah-pemerintah, bank pembangunan multilateral, dan sektor swasta untuk mempercepat aliran pembiayaan iklim (new collective quantified goal on climate finance/NCQG) sebesar US$ 1,3 triliun. Ini perlu direalisasikan agar pembiayaan iklim tersebut dapat dialirkan lebih cepat untuk mengatasi krisis iklim.

Surat ini kian memperkuat dorongan Presidensi Brasil dalam COP30 terkait pentingnya aksi bersama untuk mengatasi darurat krisis iklim, dan merinci sejumlah isu penting untuk dibahas dalam COP30.

Pertama, desakan kepada pemerintah-pemerintah, bank pembangunan multilateral, dan sektor swasta untuk mempercepat aliran dana dan menetapkan langkah yang sejalan dengan Perjanjian Paris dan merealisasikan pembiayaan iklim US$1,3 triliun. Kedua, komitmen untuk mendorong kemajuan Global Stocktake dan target COP28 untuk meningkatkan energi terbarukan tiga kali lipat, efisiensi energi dua kali lipat, dan beralih dari bahan bakar fosil.

Ketiga, memprioritaskan perlindungan dan pemulihan hutan. Keempat, mendorong kerja sama antar negara-negara berkembang untuk menentukan arah dan kemajuan dari COP. Kelima, mendorong agar COP30 lebih dari sekedar negosiasi dan menuntut pemimpin-pemimpin global merealisasikan janji dan komitmen mereka.

“Peta jalan Baku-Belem US$ 1,3 triliun harus menjadi pendorong pembiayaan rendah karbon dan sebagai jalur ketahanan iklim bagi negara-negara berkembang. Mengutip kembali peringatan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), pembiayaan, teknologi, dan kerja sama internasional merupakan faktor penting untuk mempercepat aksi iklim. Untuk mencapai target iklim, baik pembiayaan adaptasi dan mitigasi iklim harus meningkat berkali-kali lipat,” tulis Lago dalam surat tersebut.

Sementara itu, Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Brasil, Marina Silva, mengatakan surat Presiden COP30 tersebut merupakan panggilan kepada pemerintah-pemerintah, masyarakat sipil, ilmuwan, pelaku bisnis, masyarakat adat dan komunitas lokal untuk mengatasi perbedaan dan bersatu dalam era baru aksi iklim yang fokus merealisasikan komitmen Perjanjian Paris.  Salah satunya yakni keputusan untuk menyusun Global Ethical Stocktake (GES), inisiatif global untuk memperkuat pembatasan kenaikan suhu maksimal 1,5°C, pada COP30.

“Dengan ini, Presidensi COP30 Brasil mendorong pergerakan global kerja sama antarnegara untuk menghadapi perubahan iklim, yang bersandar pada penguatan multilateralisme, satu-satu jalur untuk merealisasikan misi ini,” ujar Silva.

Menanggapi surat tersebut, Direktur Leave it in the Ground Initiative (LINGO), Kjell Kühne, sepakat perlunya kerja sama internasional dalam mengatasi krisis iklim, terutama untuk melawan dominasi kelas atas yang terus mendorong bahan bakar fosil.

“Sistem keuangan harus direformasi agar memperhitungkan biaya lingkungan dan sosial yang selama ini diabaikan. Dengan kemauan politik yang benar, institusi seperti IMF dan bank sentral dapat mengucurkan dana triliunan guna mempercepat transisi energi, jika pemerintah mengizinkannya,” ucapnya.