Presiden Joko Widodo Resmikan Injeksi Perdana Bijih Bauksit Di SGAR Mempawah

Mempawah, Berita, Pembangunan refinery yang mengolah bijih bauksit menjadi alumina milik PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) terus menunjukkan kemajuan. Kali ini proyek yang lebih dikenal dengan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah ini mencanangkan first injection bijih bauksit yang dilakukan Presiden Joko Widodo pada Selasa (24/9).

Dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo kembali menegaskan pentingnya hilirisasi atas produk tambang.  Menurutnya karena mengekspor bahan mentah atas sumber daya alam yang kita miliki, maka Indonesia tidak bisa berkembang menjadi negara maju. Di sisi lain negara-negara maju selama ini kecanduan terhadap impor bahan-bahan mentah dari Indonesia.

Ini yang sudah dihentikan dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia telah menetapkan larangan ekspor atas produk produk tambang dan wajib dilakukan pengolahan dalam negeri.

“Inilah kesempatan kita untuk membangun industri, membangun smelter dari mineral-mineral yang kita miliki. Tidak ada yang mengganggu, meskipun saat kita 4 tahun lalu mengentikan ekspor bijih nikel, Uni Eropa membawa kita ke WTO. Tapi setelah itu tidak ada. Bauksit kita stop, tidak ada yang komplain, tidak ada yang gugat. Tembaga kita stop, juga tidak ada yang menggugat kita. Karena memang mereka sibuk dengan masalah-masalah yang mereka hadapi,”tandas pria yang akrab disapa Jokowi ini.

Ia kemudian menegaskan, pembangunan semelter PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) yang merupakan kerjasama antara PT Inalum dan PT Antam sudah bisa dilihat kemajuannya dan akan selesai untuk fase pertamanya.

“Pembangunan smelter ini merupakan usaha kita untuk menyongsong Indonesia menjadi negara industri. Mengolah sumber daya alam kita sendiri dan tidak lagi mengekspor bahan-bahan mentah. Stop! Mengekspor bahan-bahan mentah, olah sendiri, karena nilai tambahnya akan diperoleh masyarakat, negara dan itu kelihatan sekali. Lompatan nilai tambah itu kelihatan sekali angka-angkanya,”tegasnya.

Sebagaimana diketahui kebutuhan aluminium Indonesia saat ini sebesar 1,2 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut 56 persen masih diimpor. Padahal negara ini menyimpan potensi bauksit yang cukup besar.

“Oleh sebab itu setelah ini selesai berproduksi maka impor yang 56 persen bisa kita stop. Enggak impor lagi, kita produksi sendiri di dalam negeri dan kita tidak kehilangan devisa. Selama ini  kita masih harus keluarkan  devisa kira-kira USD3,5 bilion setiap tahun. Angka yang besar sekali. 50 triliun lebih devisa kita hilang gara-gara kita impor aluminium,”tandasnya.

Ia juga mengaku senang  dengan terbangunnya ekosistem dari hulu sampai hilir untuk industri aluminium ini. Mulai dari bahan baku yang dipasok dari Tayan yang kemudian diolah menjadi alumina. Produk alumina  kemudian dikirim lewat pelabuhan kijing ke Kuala Tanjung untuk diolah lagi di PT Inalum menjadi alumina. Diharapkan dengan investasi sebesar Rp.16 triliun, Indonesia betul-betul akan memulai babak baru sebagai negara industri.

Sementara Direktur MIND.ID, Holding BUMN Tambang Hendi Prio Santoso menyebutkan pengoperasian proyek SGAR fase satu ini merupakan pencapaian penting dalam sejarah industri dan mineral logam Indonesia.

“Syukur alhamdulillah kita di MIND ID group dengan peresmian hari ini bisa mengintegrasi hulu ke hilir, lengkap dari bauksit menjadi alumina dan menjadi alumunium. Sehingga kita siap menyumbangkan produk ini bagi pengembangan ekonomi nasional,”tandas Hendi.

Hendi kemudian menegaskan pihaknya akan segera menyelesaikan fase I dengan kapasitas 1 juta ton alumina. Selanjutnya juga melakukan kajian dan direncanakan pada Desember nanti sudah menyelesaikan FID (Final Investmen Decision) untuk tahap II dengan kapasitas yang sama. Perusahaan juga akan membangun pabrik yang mengolah alumina dengan kapasitas 600 ribu ton. Sehingga nantinya MIND ID mampu memproduksi alumina hingga 900.000 ton pada 2028.

“Dengan terintegrasinya pengembangan bauksit dari hulu ke hilir, diharapkan daya saingnya juga akan bertambah karena kelogistikan, infrastruktur akan menjadi mudah. Sehingga kemudian produk siap pasar, juga bisa dikirim dari pelabuhan Kijing (Mempawah),”terang Hendi.

Sementara Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskn meski sempat tertunda namun karena bantuan banyak pihak termasuk Menteri Investasi/Kepala BKPM yang saat ini menjadi Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, smelter ini mendekati selesai.

“Menteri Investasi saat itu Pak Bahlil dan Gubernur Kalimantan Barat Bapak Tarmizi telah membantu mendorong korporasi bisa menjaga target-target yang sudah dietapkan. Hilirisasi bauksit akan menekan import, supaya kita tidak keluar terus uang dan juga ini untuk daerah dan nasional akan mendapatkan dampaknya bisa sampai tiga kali lipat,”tandasnya.

Ia mengaskan juga bahwa hilirisasi bukan lagi suatu pilihan tetapi sudah merupakan kewajiban dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya rakyat akan lebih Sejahtera dan itulah yang diinginkan Pemerintah.