Proyek CCS dan CCUS Unggulan Indonesia Hadir di ADIPEC 2024 •
Dalam presentasi di ADIPEC 2024, perwakilan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan bahwa Indonesia terus mengupayakan langkah-langkah inisiatif rendah karbon, salah satunya melalui pengembangan CCS/CCUS.
Abu Dhabi, – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengundang investor global untuk terlibat dalam proyek carbon capture utilization and storage (CCUS) dan carbon capture storage (CCS) di Indonesia. Apalagi, industri hulu migas Indonesia telah memiliki sejumlah proyek CCS dan CCUS unggulan yang menegaskan komitmen terhadap transisi energi yang lebih hijau.
Di hari ketiga ADIPEC, Rabu (5/11), Paviliun Indonesia menghadirkan perwakilan Kementerian ESDM yang memaparkan bahwa Indonesia terus mengupayakan langkah-langkah inisiatif rendah karbon, salah satunya melalui pengembangan CCS/CCUS.
Saat ini, Indonesia telah mengimplementasikan enam inisiatif rendah karbon di sektor hulu migas. Inisiatif ini mencakup regulasi, pengurangan emisi, flare, reforestasi atau penanaman pohon, manajemen energi, serta pengembangan CCS dan CCUS.
Setelah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM No. 2 Tahun 2023 tentang pelaksanaan carbon capture utilization and storage (CCUS) dan Peraturan Presiden No. 14 Tahun 2024 tentang penyelenggaraan kegiatan carbon capture storage (CCS), beberapa peraturan lain masih digodok demi memberi kepastian hukum untuk membangun ekosistem CCS/CCUS di Indonesia.
Kementerian ESDM juga menyampaikan target ke depan untuk dapat membuka peluang CCS crossborder yang berasal dari internasional, sehingga Indonesia bisa menjadi hub-clustering untuk CCS regional.
Dalam model ini, beberapa sumber emisi CO2 dari berbagai industri dihubungkan ke infrastruktur bersama untuk penangkapan, transportasi, dan penyimpanan CO2 secara terpusat. Hub berfungsi sebagai titik pengumpulan dan distribusi, biasanya dekat dengan lokasi penyimpanan seperti reservoir geologi, sehingga memungkinkan pengelolaan CO2 yang lebih efektif dan efisien.
Dengan menggunakan infrastruktur bersama seperti pipa dan fasilitas penyimpanan, biaya implementasi CCS/CCUS per fasilitas berkurang signifikan. Model ini mendorong kerja sama regional, bahkan antarnegara, sehingga CO2 dapat diangkut melintasi perbatasan ke lokasi penyimpanan yang paling optimal.
Industri hulu migas telah memiliki sejumlah proyek CCS dan CCUS unggulan yang menegaskan komitmen Indonesia terhadap transisi energi yang lebih hijau. Beberapa proyek di antaranya adalah proyek Tangguh CCUS Enhanced Gas Recovery oleh bp Indonesia yang dirancang untuk dapat menyuntikkan kembali sekitar 15 juta ton karbon dioksida dengan perkiraan target operasional tahun 2028.
Proyek lainnya, CCS Abadi oleh Inpex berpotensi menyimpan 70 juta ton karbon dioksida, dengan target operasi tahun 2030. Selain itu, CCS Hub Asri Basin yang sedang dievaluasi bersama Pertamina dan ExxonMobil, memiliki kapasitas hingga 3 gigaton.
“Industri hulu migas Indonesia memiliki komitmen yang sejalan dengan perusahaan migas global untuk menjalankan operasi yang lebih berkelanjutan, termasuk dengan mengurangi jejak karbon di seluruh kegiatan operasi kami,” ujar Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi Suryodipuro.
Kesamaan tujuan ini, ditambah daya tarik investasi hulu migas Indonesia, menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk membuka peluang kemitraan baru dengan mereka dalam ADIPEC 2024, sebagai salah satu upaya kami mewujudkan ketahanan energi nasional secara berkelanjutan.
Selain proyek-proyek besar tersebut, Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) turut menegaskan potensi wilayah Aceh untuk teknologi CCS dan CCUS.
“Aceh memiliki wilayah kerja yang sangat prospektif untuk pengembangan CCS, misalnya Lapangan Arun, yang merupakan salah satu lapangan gas terbesar di Asia Tenggara yang memiliki kapasitas penyimpanan karbon dioksida yang signifikan,” ujar Kepala Divisi Pengembangan Lapangan dan Teknologi BPMA, Arie Fahdhomi.
Menurut Arie, pengembangan CCS di Aceh ini tidak hanya dapat menjadi solusi untuk mengelola kandungan karbon dioksida yang tinggi, tetapi juga memberikan peluang besar bagi investor untuk berkontribusi dalam mengoptimalkan produksi energi di Indonesia.
Melalui upaya ini, Indonesia semakin memperkuat komitmennya dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung transisi energi yang lebih ramah lingkungan, sekaligus membuka peluang bagi investor global untuk turut berkontribusi dalam pengembangan energi berkelanjutan di Indonesia.