SIAL Interfood 2024, Dorong Ekspor UMKM Mamin •
Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Kementerian Perdagangan, Miftah Farid.
Jakarta, – Program pembinaan kepada para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang digagas Pemerintah kian meluas dan membuahkan hasil. Mereka pun sudah bisa menghasilkan produk berkualitas ekspor. Tahapan selanjutnya adalah mempromosikan produk-produk tersebut di ajang internasional.
Salah satunya adalah SIAL Interfood 2024, pameran berskala internasional yang akan digelar di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, pada 13-16 November 2024. Keikutsertaan di pameran bertema “The Global Food Marketplace” ini diharapkan bisa mendorong lebih banyak lagi UMKM yang bisa ekspor.
“Jika para pelaku UMKM sudah mendapatkan pembinaan dari Pemerintah, mereka dapat dipromosikan di arena internasional seperti SIAL Interfood,” ujar Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Kementerian Perdagangan, Miftah Farid, Jum’at (8/11).
Menurut Miftah, Kementerian Perdagangan berkomitmen meningkatkan ekspor pelaku UMKM melalui program UMKM BISA (Berani Inovasi, Siap Adaptasi) ekspor. Untuk itu, dibentuklah Forum Dialog Ekosistem UMKM BISA Ekspor, di mana salah satu harapannya adalah mencetak lebih banyak eksportir UMKM.
Berdasarkan data dari Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), industri makanan dan minuman (mamin) mengalami pertumbuhan signifikan pada triwulan II-2024, yang mencapai 10,17 persen. Demikian juga ekspor industri mamin dari tahun 2019 sampai 2023 tumbuh 6,8 persen. Sementara kinerja periode Januari-Agustus 2024 tumbuh 6,5 persen.
“Ke depan sampai tahun 2029, sektor ini diproyeksi tumbuh 6,7 persen setiap tahunnya,” paparnya.
Namun, kontribusi eksportir UMKM di Indonesia masih kecil. Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA), ekspor UMKM periode Januari-Agustus 2024 hanya 6,8 persen dengan nilai US$ 11,6 miliar. Sementara negara-negara lain rata-rata kontribusinya sudah mencapai 17 persen, dan bahkan negara maju bisa mencapai 20 persen.
“Untuk mengejar target tersebut, salah satunya melalui kerjasama dengan industri MICE seperti Krista Exhibitions,” ungkap Miftah.
Business Matching
Sementara Chief Executive Officer (CEO) Krista Exhibitions, Daud D. Salim, menyatakan
sebagai salah satu yang terbesar di Asia Tenggara, SIAL Interfood 2024 akan diikuti lebih dari 1.200 peserta, termasuk 150 UMKM dari berbagai daerah. Gelaran yang memasuki tahun ke-25 ini akan menampilkan beragam inovasi di sektor makanan, minuman, jasa boga, hotel, restoran, kafe, dan bakeri.
“Pameran kali ini akan diikuti lebih dari 25 negara peserta pameran, termasuk Thailand, Indonesia, Iran, Sri Lanka, Singapura, Arab Saudi, Malaysia, Vietnam, Mesir, Korea, Turki, Belarus, Taipei, Rusia, Jepang, Taiwan, China, Amerika Serikat, Georgia, Oman, Dubai (UAE), Italia, India, Swiss, dan Jerman,” papar Daud.
Dengan target 90.000 pengunjung selama empat hari pameran, SIAL Interfood 2024 diharapkan bisa menjadi platform bagi pelaku industri dan konsumen untuk menjalin jaringan, berbagi pengetahuan, dan mengeksplorasi tren terbaru. Pameran ini akan diadakan bersamaan dengan Seafood Show Asia Expo 2024, All Indonesia CoolTech Expo 2024 dan INAShop Expo 2024.
Selain pameran, SIAL Interfood 2024 juga menyuguhkan berbagai program seperti Roasting Competition dari SIROC dan Workshop Gelato oleh Espresso Italia. Program unggulan seperti Business Matching akan mempertemukan produsen, distributor, dan pembeli internasional. Sementara Indonesia Coffee Art Battle (ICAB) merayakan ekosistem kopi dari petani hingga pengusaha melalui kompetisi keahlian barista terbaik.
Ada pula Seminar ICAB dengan tema “Mixology and Manual Brew Open Service” serta kompetisi memasak La Cuisine yang diikuti hampir 1.000 peserta dari berbagai negara.
Berbagai talkshow juga akan ditampilkan, seperti dari Asosiasi Teh Indonesia (ATI) bertema “Tea for All Generations,” dan dari Astruli bertajuk “Seize International Market Opportunities.” Selain itu ,ada juga Forum Group Discussion (FGD) oleh Astruli bertema “Policy Support and Facilitation of the Down-Streaming of Indonesian Seaweed.”