AllPrint dan AllPack, Peluang Tekan Impor dan Pacu Produksi Lokal •

Kegiatan acara pembukaan Pameran AllPack Indonesia 2023 ke-22 dan AllPrint Indonesia 2023 ke-24, Rabu (11/12).
Jakarta, – Pameran AllPack Indonesia 2023 ke-22 dan AllPrint Indonesia 2023 ke-24 secara resmi dibuka, Rabu (11/12). Pameran ini akan berlangsung sampai 14 Oktober 2023.
Penyelenggaraan kegiatan ini sejalan dengan upaya Kementerian Perindustrian untuk meningkatnan daya saing dan kemandirian industri nasional. Ini juga menjadi bagian dari upaya Pemerintah dalam mendorong pengembangan industri permesinan kertas dan barang dari kertas dalam negeri yang sampai ini masih tergantung oleh impor.
Untuk itu, Kemenperin melakukan pengembangan dan peningkatan penguasaan teknologi industri. Salah satunya melalui pendirian Indonesia Manufacturing Center (IMC). Langkah ini dilatarbelakangi oleh tantangan Presiden Joko Widodo agar Indonesia sudah seharusnya memperhatikan machine making machine (3M) atau memproduksi mesin sendiri.
“Potensi industri kemasan dari kertas dan karton di Indonesia sangat besar, karena ada lebih dari 480 perusahaan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia,” ungkap Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin, Merrijantij Punguan Pintaria, yang mewakili Menteri Perindustrian dalam acara pembukaan AllPack Indonesia 2023 ke-22 dan AllPrint Indonesia 2023 ke-24.
Menurut Merri, produk kemasan dari kertas dan karton saat ini digunakan sebagai bahan penolong oleh berbagai industri. Mulai dari industri makanan, minuman, alas kaki, elektronika, hingga e-commerce. Kebutuhan nasional atas produk ini tahun 2023 diperkirakan mencapai 8,9 juta ton.
“Kinerja ekspor industri ini tahun 2022 menyumbang volume 65,49 ribu ton dengan nilai US$ 166,35 juta, sedangkan sisi impor tahun 2022 menyumbang volume 123,95 ribu ton dengan nilai US$ 369,51 juta, sehingga neraca perdagangan di sektor ini masih defisit,” paparnya.
Hal serupa juga dialami oleh industri Industri percetakan dan grafika yang berperan penting terhadap kemajuan dunia pendidikan, perluasan kesempatan bekerja dan berusaha, serta dalam perolehan devisa bagi negara Indonesia.
Menurut data BPS, nilai ekspor komoditi barang cetakan tahun 2021 tercatat US$ 58,5 juta. sedangkan nilai impornya mencapai US$ 168,3 juta. Sehingga neraca perdagangan di sektor ini juga masih defisit.
Tahun 2022, tercatat ekspor barang turun 42,71 persen menjadi US$ 33,51 juta, sedangkan nilai impornya naik 15,4 persen menjadi US$ 194,2 juta. Meningkatnya nilai impor diharap memacu industri dalam negeri untuk dapat memproduksi kekosongan yang selama ini dipenuhi oleh impor.
“Ini merupakan peluang untuk meningkatkan utilitas dalam negeri yang saat ini tercatat 70,3 persen,” tegas Merri.
Pertemuan Bisnis
Dalam kesempatan yang sama, Chief Executive Officer Krista Exhibitions, Daud D.Salim, menyatakan pameran ini merupakan ajang pertemuan bisnis B2B antara para pebisnis, produsen dan konsumen. Pameran ini diharapkan dapat membangkitkan perekonomian Indonesia.
“Para pelaku usaha di bidang terkait diharapkan juga dapat melihat secara dekat perkembangan teknologinya, selain mendapatkan informasi yang lengkap, serta berkesempatan mendapat edukasi tentang teknologi dan inovasi baru untuk teknologi di bidang pengemasan, pengolahan dan percetakan,” ujar Daud.
Selain mengenalkan berbagai teknologi terbaru dalam pameran, pengunjung akan mendapat referensi produsen sektor percetakan dan pengemasan melalui talkshow dan seminar dari berbagai perusahaan, asosiasi dan media terkait pengetahuan dan teknologi pengemasan.
Pameran ini diharapkan juga bisa menjadi platform yang perlu dihadiri oleh para pelaku bisnis di industri pengemasan dan percetakan, karena menjadi jembatan antara pengusaha dengan konsumen.
“Dengan besarnya potensi pasar industri kemasan dan percetakan di Indonesia, maka target dari pameran ini adalah terjadinya transaksi bisnis antar peserta dan pengunjung lokal, maupun internasional. Tidak hanya itu, mereka juga dapat mengeksplorasi bisnis secara maksimal,” ujar Daud.