Dengan Co-Firing, PLN Tekan 1,05 Juta Ton CO2 Emisi Karbon •

Pekerja PLN Indonesia Power melakukan pengecekan biomassa sawdust yang akan digunakan sebagai substitusi batubara atau co-firing di PLTU Suralaya, Cilegon, Banten.

Jakarta, – PT PLN (Persero) terus mengembangkan teknologi dalam mengoperasikan pembangkit listrik demi menjawab tantangan zaman. Salah satunya melakukan substitusi batubara dengan biomassa. Langkah ini tak hanya mampu mengurangi emisi karbon, namun juga menggerakkan ekonomi kerakyatan.

Melalui pemanfaatan biomassa dalam teknologi co-firing pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), PLN berhasil mereduksi emisi hingga 1,05 Juta ton CO2e dan memproduksi energi bersih sebesar 1,04 terawatt hour (TWh) sepanjang tahun 2023. PLN mengembangkan teknologi ini sejak tahun 2021

Menurut Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, capaian sepanjang tahun 2023 meningkat jika dibandingkan realisasi tahun 2022. Dalam produksi reduksi emisi misalnya, PLN mampu menambah pengurangan emisi hingga 450 ribu ton CO2. Produksi energi bersih pun tumbuh lebih dari 77 persen dari realisasi tahun 2022 yang sebesar 575 gigawatt hour (GWh).

“Teknologi co-firing merupakan sebuah terobosan dalam transisi energi di tanah air. Sebab, dengan teknologi ini, banyak manfaat yang didapatkan, selain pengurangan emisi juga akan mengurangi penggunaan energi fosil,” ungkap Darmawan, Rabu (3/1).

Lebih lanjut, dia menyebutkan bahwa Co-firing tidak hanya menghasilkan listrik handal namun tetap murah bagi masyarakat. Lebih dari itu, co-firing juga mendorong perekonomian kerakyatan lewat keterlibatan langsung masyarakat dalam pengembangan biomassa.

Sepanjang tahun 2023, PLN telah menyerap biomassa sebanyak 1 Juta ton untuk 43 PLTU yang tersebar di tanah air. Angka ini tumbuh lebih dari 71 persen dibandingkan realisasi serapan biomassa tahun 2022, yang sebesar 585 ribu ton. Secara bersamaan, PLN terus melakukan uji coba teknologi ini hingga tahun 2025 agar 52 PLTU di Indonesia bisa seluruhnya menggunakan co-firing.

Bahkan pada akhir tahun 2023, PLN telah berhasil mengimplementasikan PLTU secara hybrid, di mana 100 persen biomassa beroperasi selama 15 hari dalam satu bulan di PLTU Sintang, Kalimantan Barat. Capaian ini merupakan yang pertama dan terlama di Indonesia, sekaligus sebagai jawaban atas masa depan energi bersih di Tanah Air.

“100 persen penggunaan biomassa ini adalah bentuk konsistensi PLN Group dalam menghadirkan energi bersih untuk Indonesia yang lebih baik. Sebagai pionir, keberhasilan ini juga saya harapkan dapat menjadi pemacu motivasi untuk dapat diterapkan pada PLTU lainnya,” ujar Darmawan.

Tak sampai di situ, peningkatan ekonomi masyarakat juga bisa digenjot lewat rantai pasok biomassa yang melibatkan langsung masyarakat. Ekosistem biomassa pun terus dikembangkan dengan menggandeng komunitas lokal, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) hingga Pemerintah Daerah setempat sekitar lokasi sumber biomassa.

Darmawan mencontohkan, sejak Maret 2023, PLN telah bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta dalam mengembangkan kawasan Green Economy untuk mendukung langkah Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 berdasarkan keterlibatan masyarakat lokal.

“Kami sebagai BUMN tak hanya bertanggung jawab dalam menyediakan energi bersih saja. Inovasi yang kami kembangkan ini juga menyasar berbagai aspek, mendorong ekonomi kerakyatan, menjaga kelestarian hutan, dan rehabilitasi lahan tandus serta melepas ketergantungan atas bahan bakar fosil,” ucapnya.