Geluti Pertambangan, Shell Siapkan Pelumas Ramah Lingkungan •

Vice President Marketing Lubricants Shell Indonesia, Arie Satyanggoro (kedua dari kiri), saat memaparkan strategi Shell memasarkan produk pelumasnya di sektor pertambangan Indonesia.

Jakarta, – Shell Indonesia komitmen untuk menghadirkan produk dan solusi pelumas untuk Business to Consumer (B2C) maupun Business to Business (B2). Untuk B2B, salah satunya menyasar sektor pertambangan, dengan didukung empat pilar strateginya yakni Productivity, Innovation, Sustainability serta inisiatif-inisiatif Future Energy Leaders.

Vice President Marketing Lubricants Shell Indonesia, Arie Satyanggoro, mengatakan komitmen ini, sejalan dengan pertumbuhan Shell Lubricants di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, yang mengalami perkembangan yang sangat baik. Bahkan, Shell Indonesia telah menjadi salah satu market dengan pertumbuhan terbesar.

“Shell melihat hal tersebut sebagai peluang untuk mendukung industri pertambangan dengan solusi pelumas yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Salah satu inovasi terbaru Shell adalah pelumas biodegradable, yang dirancang khusus untuk sektor pertambangan,” ungkap Arie dalam paparannya di ajang Indonesia Mining Expo 2024, yang digelar di JIExpo Kemayoran, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, inovasi ini juga sejalan dengan upaya Shell untuk meningkatkan produktivitas sekaligus mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas industri. Salah satu adalah Panolin. Produk ini telah dirancang agar lebih ramah lingkungan, terutama dalam konteks operasional pertambangan yang memiliki dampak besar terhadap lingkungan.

Pada dasarnya, ungkap Arie, semua mesin di pertambangan memerlukan pelumasan yang mampu memperpanjang oil drain interval. Hal ini mendorong Shell untuk menghadirkan inovasi penggantian pelumas yang lebih panjang dibandingkan rekomendasi industri. Dengan begitu, pembelian pelumas pun akan lebih sedikit yang artinya ada cost saving.

“Jika mesinnya terjaga dengan baik, tentu saja biaya maintenance-nya akan turun. Begitu biaya berkurang, downtime juga akan berkurang. Semakin sedikit melakukan downtime, maka efisiensi output akan makin tinggi,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Arie mengakui industri pertambangan di Indonesia masih didominasi tambang batubara. Namun dia juga mengingatkan bahwa sekarang ini sudah mulai banyak masuk investasi ke tambang mineral, seperti nikel. Dan yang menarik, Pemerintah sudah mulai mendukung hilirisasi.

“Di hulu itu artinya engine oil untuk truk dan eskavator. Begitu hilirisasi, maka sudah mulai masuk ke machinery. Shell pun bersiap melihat bagaimana operasional di customer-nya, dan bagaimana membantu customer jauh lebih efisien,” tegas Arie.

Lebih lanjut, dia memaparkan empat pilar strategi Shell dalam berbisnis, baik di sektor pertambangan maupun sektor lainnya. Di awali dengan menghasilkan productivity bagi customer, yang tentunya harus jauh lebih efisien. Shell pun melakukan improvisasi dari teknologi yang dimiliki guna membantu customer bisa beroperasi jauh lebih efisien.

“Dan ujungnya kalau bicara efisien, kita masuk ke sustainability. Semakin bagus mesin itu beroperasi, semakin efisien dan penggunaan energinya juga akan semakin sedikit,” ungkap Arie.