Ini Rahasia PLN Bisa Produksi Green Hydrogen dengan Cepat •

Tangki penyimpanan hidrogen hasil produksi dari Green Hydrogen Plant (GHP) di PLTGU Muara Tawar, Jawa Barat, yang dikelola oleh PLN Nusantara Power.

Jakarta, – PLN kini mampu memproduksi 199 ton hidrogen hijau (green hydrogen). Produk tersebut diproduksi melalui 21 Green Hydrogen Plant (GHP) miliknya yang tersebar di seluruh Indonesia.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menjelaskan akselerasi GHP ini merupakan hasil inovasi yang terus dilakukan PLN dalam menghadirkan energi alternatif yang ramah lingkungan. Langkah ini sebagai salah satu upaya untuk menjawab tantangan transisi energi.

“Ini merupakan wujud nyata dari kolaborasi bersama Kementerian ESDM dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Karya Inovasi ini kami lakukan dalam menjawab transisi energi. Memaksimalkan existing facility yang ada di pembangkit-pembangkit thermal kami, kemudian kami lakukan inovasi dengan memanfaatkan 100 persen EBT menjadi green hydrogen,” ungkap Darmawan, Selasa (21/11).

Menurutnya, pembangkit-pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) atau pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN sudah memiliki hydrogen plant dengan electrolyzer. Alat tersebut digunakan untuk memproduksi hidrogen yang digunakan untuk mendinginkan generator pembangkit listrik.

Dari 21 unit hydrogen plant tersebut, dapat dihasilkan 199 ton hidrogen per tahun. Namun hanya 75 ton per tahun yang digunakan untuk kebutuhan pendinginan generator pembangkit listrik.

“Kami melihat ada peluang untuk memanfaatkan hidrogen ini sebagai value creation yang bisa memberikan nilai tambah bagi bisnis kami, sekaligus mendukung transisi energi,” ungkap Darmawan.

Melihat potensi yang ada, PLN pun melakukan inovasi dengan memanfaatkan solar PV yang terpasang di kawasan pembangkit ditambah dengan Renewable Energy Certificate (REC) dari beberapa pembangkit EBT di Indonesia. Dengan cara tersebut, maka PLN dapat memproduksi 100 persen hidrogen hijau.

“Dengan inovasi tersebut, selain untuk pendingin generator pembangkit, green hydrogen kini bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Antara lain untuk industri pupuk, industri bahan kimia, cofiring pembangkit, hingga untuk Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV),” jelasnya.

Hydrogen Refueling Station

Lebih lanjut, Darmawan menjelaskan bahwa untuk mengembangkan rantai pasok green hydrogen di Indonesia, PLN juga tengah mengembangkan infrastruktur hydrogen refueling station (HRS) yang nantinya akan digunakan untuk pengisian daya kendaraan listrik (FCEV).

Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menambahkan bahwa saat ini pihaknya tengah menyiapkan HRS sebagai pilot project di daerah Senayan, Jakarta.

“Ini akan menjadi hydrogen refueling station pertama di Indonesia. Ini juga akan meningkatkan minat masyarakat untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan yaitu mobil hidrogen,” ungkap Edwin.