Kelar Lebih Cepat, West Belut Mulai Produksi •

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto (tengah), didampingi Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas, Ariana Soemanto (kiri), dan Direktur Utama Medco E&P, Ronald Gunawan, saat meresmikan aliran perdana gas Proyek West Belut, Rabu (11/9).

Jakarta, – Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Medco E&P Natuna Ltd. (Medco E&P) resmi memulai aliran gas perdana (start up) dari Proyek West Belut di Wilayah Kerja B Laut Natuna Selatan. Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk memenuhi target produksi gas nasional.

Pencapaian ini mengukuhkan komitmen SKK Migas bersama Medco E&P dalam memastikan eksekusi proyek yang efisien dengan standar Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (K3L) yang sangat baik. Fasilitas West Belut juga mengadopsi teknologi ramah lingkungan dengan platform tidak berawak yang menggunakan tenaga surya 100 persen.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menyampaikan apresiasinya atas kinerja Medco E&P ini saat menyaksikan proses aliran gas perdana secara daring dari kantor Medco E&P di Jakarta, Rabu (11/9).

Dwi menyoroti keberhasilan dan pembelajaran dari proyek West Belut. Hal ini perlu didokumentasikan dengan baik sebagai inspirasi dan acuan bagi pengembangan proyek-proyek hulu migas lainnya di masa depan.

Dia juga menegaskan bahwa keberhasilan ini tidak hanya menjadi bukti komitmen Medco E&P terhadap proyek ini. Namun juga menunjukkan bahwa kerja sama erat antara SKK Migas dan KKKS dapat menghasilkan capaian signifikan dalam waktu yang relatif singkat.

“Saya berharap keberhasilan Medco E&P dalam menggarap Proyek West Belut bisa menjadi benchmark bagi pengembangan proyek serupa dan akan diikuti dengan proyek-proyek lainnya,” tegas Dwi.

Proyek West Belut selesai lebih cepat dari target awal, yakni Oktober 2024. Proyek ini diawali dari temuan pada akhir 2020.

Lingkup kerja proyek West Belut meliputi pembangunan platform kepala sumur dengan kapasitas produksi gas sebesar 55 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan pipa bawah laut berdiameter 12 inci sepanjang 12 km, yang menghubungkan platform West Belut dengan pipa South Belut yang sudah ada. Selain itu, proyek ini juga mencakup modifikasi pada fasilitas Central Processing Platform (CPP) di North Belut.

Lebih lanjut, Dwi menyampaikan bahwa kesuksesan proyek ini memberikan efek positif terhadap negara. Dengan total investasi mencapai US# 84 juta, atau sekitar Rp 1,3 triliun (berdasarkan kurs US$ 1 = Rp 15.400), proyek ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap efek berganda hulu migas. Selain itu, estimasi penerimaan negara dari proyek ini adalah US$ 41,7 juta, setara dengan Rp 641,2 miliar

“Tentunya, ini akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi pendapatan negara,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Dwi juga menekankan pentingnya inovasi dan penerapan teknologi ramah lingkungan dalam proyek ini. Platform yang menggunakan tenaga surya sepenuhnya merupakan salah satu contoh inovasi yang SKK Migas dorong di industri hulu migas.

“Inisiatif ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mendukung transisi energi menuju penggunaan energi bersih, serta mengurangi jejak karbon dalam proses produksi. Kami harap langkah ini bisa menjadi inspirasi bagi proyek-proyek migas lainnya di Indonesia,” ungkapnya.

Sementara Direktur Utama Medco E&P, Ronald Gunawan, menyampaikan rasa bangganya atas pencapaian ini.

“Pengiriman gas perdana dari Proyek West Belut adalah bukti kerja keras dan dedikasi tim kami, serta dukungan penuh dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan SKK Migas,” ujar Ronald.