Kolaborasi Demi Suksesnya Co-firing PLTU Tanjung Awar-Awar •
Biomassa sawdust untuk PLTU Tanjung Awar Awar di Tuban, Jawa Timur. Material untuk campuran batubara dalam program co-firing ini dibawa dengan tongkang dari Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Tuban, – Program co-firing telah menjadi salah satu roda penggerak dalam mewujudkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang lebih hijau sekaligus membantu mengurangi emisi. Kolaborasi antar anak usaha PT PLN (Persero) pun terus digencarkan dalam mendukung realisasi program ini.
Seperti yang dilakukan oleh PLN Nusantara Power (PLN NP) dan PLN Energi Primer Indonesia (EPI). Mereka menujukkan komitmennya dalam upaya pengurangan emisi melalui pengiriman biomassa sawdust yang akan digunakan pada co-firing PLTU Tanjung Awar Awar di Tuban, Jawa Timur.
Rencananya, sebanyak 5.600 metrik ton biomassa akan digunakan sebagai campuran batubara untuk menjadi bahan bakar pembangkit guna menghasilkan energi listrik. Sawdust ini didatangkan dari Bulukumba, Sulawesi Selatan, dan merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan biomassa PLTU Tanjung Awar Awar sebesar 49,7 ribu ton.
Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah, menyampaikan komitmen perusahaan dalam menggerakan operasional bisnis yang berazaskan lingkungan. Co-firing menjadi salah satu roda penggerak dalam mewujudkan PLTU yang lebih hijau sekaligus membantu untuk mengurangi emisi.
“Dengan berbagai extraordinary effort diantaranya melalui biomass co-firing, kami berhasil menekan emisi gas rumah kaca. Selain itu, inovasi ini juga meningkatkan bauran EBT di lingkungan pembangkit PLN Nusantara Power,” jelas Ruly, Senin (10/7).
Dia juga menjelaskan alasan PLN Nusantara Power menggalakkan co-firing karena inovasi ini merupakan salah satu langkah tepat dalam implementasi green energy. Co-firing merupakan teknik substitusi dalam pembakaran PLTU, di mana sebagian batubara untuk pembakaran diganti sebagian dengan bahan lainnya, salah satunya biomassa yang berasal limbah pertanian, perkebunan, dan industri pengolahan kayu.
“Tidak hanya mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap, co-firing juga dapat menjadi solusi permasalahan sampah sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat,” ungkap Ruly.
Sementara Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, menjelaskan pihaknya bertugas untuk memastikan pasokan energi primer ke pembangkit berjalan baik. PLN EPI menjaga rantai pasok sumber biomassa di seluruh daerah. Tak hanya mengembangkan potensi biomassa yang dekat dengan lokasi PLTU saja, namun pengembangan biomassa juga dilakukan dari lumbung pengembangan biomassa di lokasi lainnya.
Iwan menjelaskan pengangkutan biomass dengan tongkang mengintegrasikan ekonomi kerakyatan antar pulau. Apalagi, sumber biomassa berupa limbah perkebunan dan kehutanan tersedia berlimpah di pulau-pulau besar di Indonesia untuk kemudian disebar dalam rangka memenuhi kebutuhan co-firing untuk 52 PLTU PLN.
“PLN EPI senantiasa terbuka dalam bekerja sama dengan berbagai pihak dalam pemenuhan kebutuhan bahan bakar PLTU terutama sawdust co-firing. Ini adalah salah satu langkah kami dalam mendukung tercapainya Net Zero Emission di Indonesia,” ujarnya.
Pemanfaatan biomassa yang berasal dari limbah pengolahan kayu juga memberikan manfaat lebih pada masyarakat secara ekonomi. Barang yang sebelumnya merupakan limbah, kini bisa terserap sepenuhnya dengan program co-firing sehingga secara tidak langsung akan menggerakan roda perekonomian masyarakat.
PLN Nusantara Power telah melakukan studi terkait co-firing sejak tahun 2018 dan telah mengujicobakan co-firing pada 16 PLTU di Jawa dan luar Jawa. Seperti di PLTU Paiton yang kini telah berhasil melakukan co-firing hingga 6 persen.