Meski Harga Turun, Harita Nickel Tetap Berkinerja Kuat •

Pergerakan harga saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel setelah resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO) saham pada awal April 2023 lalu.

Jakarta, – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel mencatatkan pertumbuhan yang kuat dan konsisten dalam kinerja keuangannya untuk periode tahun fiskal yang berakhir pada 31 Desember 2023. Hal ini didorong oleh peningkatan produksi dan efisiensi operasional di tengah tantangan global, seperti penurunan harga nikel dan ketidakpastian ekonomi secara makro.

Direktur Utama Harita Nickel, Roy Arman Arfandy, menyampaikan bahwa di tahun 2023, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berada di angka Rp 5,62 triliun, meningkat dari Rp 4,67 triliun di tahun sebelumnya dan bertumbuh 20 persen. Pertumbuhan ini mencerminkan pengelolaan operasional yang efektif dan pertumbuhan yang stabil di tengah pasar yang fluktuatif, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) untuk laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai 170 persen sejak tahun fiskal 2020.

“Di tengah kondisi pasar yang penuh tantangan sepanjang tahun 2023, Harita Nickel tetap berupaya mempertahankan pertumbuhan. Hasil keuangan kami di tahun 2023 mencerminkan upaya bersama tim kami, dengan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, dalam menghadapi volatilitas pasar dengan strategi yang tangguh dan adaptif, termasuk dengan mendorong inovasi dan meningkatkan efisiensi operasional, terutama dengan proses pertambangan dan produksi yang berada di satu lokasi yang terintegrasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan,” ujar Roy dalam siaran pers yang diterima PETROMINER, Senin (1/4).

Dia juga menegaskan bahwa Harita Nickel terus berkomitmen pada peningkatan efisiensi dan pengembangan yang konsisten untuk memastikan berada pada posisi yang baik dalam menghadapi dinamika industri ke depan. Komitmen Harita Nickel terhadap keunggulan operasional dan inovasi juga memainkan peranan penting dalam mengoptimalkan proses produksi, mengurangi biaya dan mendorong pertumbuhan.

Perluasan kemampuan produksi yang strategis ini memungkinkan Harita Nickel memenuhi permintaan nikel yang masih terus meningkat, khususnya di sektor baterai kendaraan listrik. Salah satunya adalah fasilitas pemurnian limonit kedua dengan teknologi HPAL dari Obi Nickel Cobalt (ONC) yang diharapkan akan mulai beroperasi pada tahun ini.

“Capaian di tahun fiskal 2023 merupakan bukti dari komitmen perusahaan terhadap pertumbuhan yang konsisten dan bertanggung jawab, serta menciptakan nilai jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan,” tegas Roy.

Selain itu, Harita Nickel, secara keseluruhan di tahun 2023, mencatat pendapatan sebesar Rp 23,86 triliun atau meningkat 149 persen dari tahun sebelumnya dan laba kotor sebesar Rp 8,28 triliun atau naik 77 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ini juga turut didorong oleh peningkatan volume penjualan yang lebih tinggi dari bisnis pemrosesan bijih nikel, termasuk smelter baru PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF), yang merupakan fasilitas peleburan saprolit (bijih nikel kadar tinggi) berbasis pirometalurgi (RKEF) yang menghasilkan feronikel, dan lini produksi tambahan dari PT Halmahera Persada Lygend (HPL), fasilitas pemurnian limonit (bijih nikel kadar rendah) berbasis hidrometalurgi (HPAL) untuk menghasilkan bahan baku baterai kendaraan listrik.

Dari lini bisnis pertambangan, Harita Nickel mencatat kenaikan volume penjualan bijih nikel sebesar 98 persen, atau mencapai 15,38 juta wmt (wet metric ton) dibandingkan 7,77 juta wmt pada tahun 2022. Dengan rincian, saprolit sebanyak 6,30 juta wmt, naik 235 persen dari 1,88 juta wmt, dan limonit sebanyak 9,08 juta wmt, naik 54 persen dari 5,89 juta wmt.

Sedangkan dari lini bisnis pengolahan dan pemurnian nikel. Harita Nickel di tahun 2023 juga membukukan peningkatan produksi feronikel sebesar 300 persen, dari 25.372 ton di 2022 menjadi 101.538 ton di 2023. Kenaikan produksi MHP (mixed hydroxide precipitate), yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik, sebesar 50 persen, dari 42.310 ton di 2022 menjadi 63.654 ton di 2023.