Pentingnya Dekarbonisasi Indonesia Menuju Net Zero •

Deputi Koordinasi Bidang Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin.
Jakarta, – Pemerintah menegaskan kembali urgensi untuk mengatasi krisis iklim yang mengancam laju pertumbuhan ekonomi. Apalagi sebagai salah satu negara adidaya iklim di dunia, Indonesia berkomitmen kuat mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan lewat pembangunan rendah karbon atau dekarbonisasi dengan target Net Zero Emission.
Demikian disampaikan Deputi Koordinasi Bidang Infrastruktur dan Transportasi, Kementerian Koordinasi bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin, di sela-sela acara Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Pemetaan Dekarbonisasi Indonesia Menuju Net Zero,” Jum’at (10/11).
Acara FGD ini dilaksanakan dua bulan setelah Kemenko Marves menyelenggarakan Indonesia Sustainability Forum 2023, perhelatan sustainability terbesar di Indonesia yang dihadiri lebih dari 2.000 peserta dari 47 negara.
“Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang besar, Indonesia juga mempunyai sumber daya yang sangat beragam dan sangat kaya seperti komoditas sumber daya mineral, laut, dan sebagainya. Jika kita tidak mengelola perekonomian kita dengan baik, saya pikir kita mungkin akan mengikuti jejak negara-negara berkembang yang memiliki pembangunan karbon sangat tinggi yang hal itu tidak ingin kita lakukan,” ujar Rachmat.
Lebih lanjut, dia menyebutkan bahwa tugas bagi kita di Indonesia adalah bagaimana bisa tumbuh dengan baik dengan less carbon intensive. Hal inilah yang mendorongnya untuk berdiskusi dan mengundang para ahli sebagai tindak lanjut dari Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023 yang berlangsung pada September 2023 lalu.
“Kami akan terus melakukannya ke depan. Dan kami akan mengadakan beberapa diskusi kecil untuk mempertahankan dan membangun lebih banyak pengetahuan bagi regulator Indonesia hingga sektor swasta,” tegasnya.
Acara FGD membahas membahas beberapa topik khusus seperti dekarbonisasi sektor energi, transition partnership, serta pembangunan supply chain di Indonesia untuk energi listrik dan transportasi. FGD juga bertujuan untuk mengidentifikasi peluang ekonomi dekarbonisasi di Indonesia.
“Juga bagaimana kita bisa menggunakan semua tren besar mengenai pengembangan ini untuk membangun perekonomian baru di Indonesia. Sehingga menciptakan peluang pasokan bagi kita, dan tentunya bagaimana kita menjaga bumi kita harus memastikannya. Kita mempunyai tanggung jawab besar mengenai ini,” ujar Rachmat.
FGD berisi diskusi panel dekarbonisasi Indonesia dengan bahasan mengenai meningkatkan dekarbonisasi industri untuk udara yang bersih dan sehat, menghijaukan rantai pasokan industry, Just Energy Transition Partnership (JETP) Indonesia, serta percepatan adopsi kendaraan energi baru demi transformasi industri otomotif Indonesia.
Beberapa narasumber dan moderator yang hadir berasal dari Kementerian ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BUMN seperti Perusahaan Listrik Negara, KADIN Indonesia, Asosiasi Pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Air (APPLTA), Badan PBB untuk Pembangunan-UNDP, perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung, pusat kajian seperti CORE, serta Tony Blair Institute for Global Change.