PLN Gandeng HDF Energy Kembangkan Ekosistem Hidrogen •

(Kiri ke kanan) Kepala Departemen Ekonomi, Kedutaan Besar Prancis, Michel Oldenburg; Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN, Hartanto Wibowo; Direktur Konservasi Energi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Hendra Iswahyudi; Direktur untuk Asia di HDF Energy dan Presiden Direktur PT HDF Energy Indonesia, Mathieu Geze; dan Penasihat Pembangunan Berkelanjutan, Departemen Ekonomi, Kedutaan Besar Prancis, Carine Lalmant.

Jakarta, – PT PLN (Persero) dan PT HDF Energy Indonesia (HDF Energy) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk menjajaki pengembangan ekosistem hidrogen di Indonesia. Kesepakatan penting ini diresmikan dalam acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Kamis (5/9).

Kolaborasi PLN dan HDF Energy ini menjadi sebuah langkah penting bagi kedua perusahaan dalam memajukan teknologi hidrogen. Kemitraan ini akan berfokus pada pemanfaatan pembangkit listrik Renewstable® yang inovatif dari HDF Energy, yang mengintegrasikan sumber energi terbarukan yang bersifat intermiten dengan penyimpanan baterai dan teknologi hidrogen.

“Pemanfaatan hidrogen untuk pembangkit listrik akan didorong pelaksanaannya di bagian timur Indonesia, sambil berupaya untuk memanfaatkan hidrogen di sektor lainnya, termasuk sektor maritim dan industri,” ungkap Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN, Hartanto Wibowo, usai menandatangani MoU dengan HDF Energy tersebut.

Menurut Hartanto, PLN sangat proaktif dalam memulai proyek-proyek percontohan dan kajian hidrogen di Indonesia, termasuk pembangunan fasilitas produksi hidrogen serta stasiun pengisian bahan bakar hidrogen. PLN juga telah menandatangani sejumlah perjanjian yang bertujuan untuk melakukan diversifikasi bisnis serta menjajaki potensi pemanfaatan bahan bakar alternatif guna mendukung agenda dekarbonisasi.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Konservasi Energi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Hendra Iswahyudi, menjelaskan bahwa Kementerian ESDM, melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (BTKE), telah menerbitkan dokumen Strategi Hidrogen Nasional pada akhir tahun 2023. Ini menunjukkan dukungan dari pemerintah untuk pengembangan hidrogen di berbagai sektor, termasuk pembangkit listrik, transportasi, dan industri.

Strategi Hidrogen Nasional menekankan komitmen Indonesia dalam memanfaatkan hidrogen rendah karbon, yang secara bertahap akan diarahkan menuju pemanfaatan hidrogen hijau. Kementerian ESDM saat ini sedang menyelesaikan Peta Jalan Hidrogen Nasional, yang akan memberikan gambaran tentang rencana serta target yang akan dicapai dalam pemanfaatan hidrogen di Indonesia.

“Nota kesepahaman antara PLN dan HDF Energy merupakan bentuk kontribusi langsung dalam mendorong pelaksanaan Strategi dan Peta Jalan Hidrogen Nasional. Kajian bersama yang dimandatkan oleh MoU ini akan menilai kelayakan dari integrasi pemanfaatan hidrogen di sektor pembangkit listrik dan transportasi di daerah-daerah dengan konteks energi yang sesuai,” ujar Hendra.

Sementara Direktur untuk Asia di HDF Energy dan Presiden Direktur HDF Energy Indonesia, Mathieu Geze, menjelaskan bahwa HDF Energy adalah perusahaan hidrogen global yang berkantor pusat di Perancis. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan infrastruktur hidrogen skala besar dan teknologi fuel cell berskala multi-megawatt yang canggih.

Menurut Mathieu, kemitraan dengan PLN ini mempercepat pengembangan pembangkit listrik tenaga hidrogen multi-MW Renewstable® yang menghasilkan listrik baseload ramah lingkungan dan stabil dengan mengintegrasikan sumber energi terbarukan yang bersifat intermiten dengan sistem penyimpanan energi dalam bentuk hidrogen hijau.

“Pembangkit listrik Renewstable® merupakan alternatif pembangkit ramah lingkungan, dibandingkan PLTD. Pembangkit Renewstable® hanya menggunakan energi matahari atau angin dan air untuk menghasilkan listrik yang stabil, sehingga tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca dan kebisingan,” jelasnya.

Saat ini, HDF Energy sedang mengembangkan 23 proyek di Indonesia Timur, dengan potensi investasi US$ 1,5 miliar, yang didukung oleh sejumlah lembaga pembangunan terkemuka, termasuk US DFC. Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan keahlian para pemangku kepentingan di Indonesia dalam memanfaatkan hidrogen, serta memperkuat posisi Indonesia sebagai pelaku utama dalam transisi menuju masa depan energi yang berkelanjutan.