Shell Luncurkan Produk Cairan Pendingin untuk Data Center •

Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Afriansyah Noor, menuangkan produk Shell immersion cooling fluids ke dalam immersion tank Gigabyte Technology sebagai simbolis peluncuran produk immersion cooling fluids.

Jakarta, – Shell memperkenalkan produk cairan pendingin imersi (immersion cooling fluids) untuk menjaga komponen komputer tetap dingin dengan cara yang lebih efisien. Produk Shell Lubricants ini untuk mengurangi konsumsi energi, air, dan emisi karbon dioksida di bisnis pusat data (data center) yang sedang mengalami pertumbuhan di Indonesia.

Vice President Marketing Lubricants PT Shell Indonesia, Arie Satyanggoro, menjelaskan produk immersion cooling fluids terbuat dari gas alam menggunakan proses gas-to-liquid (GTL). Produk ini telah dikembangkan selama lebih dari 40 tahun dan ditujukan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi industri sektor pusat data terkait permintaan akses informasi yang lebih cepat dengan cloud computing, media streaming, dan pertumbuhan AI (artificial intelligence), tapi juga harus dioperasikan dengan cara-cara yang ramah iklim (climate-friendly).

“Produk immersion cooling fluids merupakan solusi energi terintegrasi Shell Lubricants untuk mendukung server data dan komponen teknologi informasi (TI) dalam meningkatkan kinerja, efisiensi, dan keberlanjutan,” ungkap Arie, Senin (6/11).

Peluncuran teknologi immersion cooling fluids Shell di Indonesia berlangsung pada 31 Oktober 2023 lalu oleh Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Afriansyah Noor.

Produk ini digunakan bersamaan dengan immersion tank, misalnya yang disediakan oleh Gigabyte Technology untuk di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan efisiensi energi dan penghematan biaya operasional. Dibandingkan metode pendinginan konvensional, teknologi immersion cooling dapat meningkatkan performa dari central processing unit (CPU) hingga 40 persen dan mengurangi konsumsi listrik hingga 48 persen, sehingga dapat menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah.

Industri pusat data telah menjadi salah satu industri yang terus berkembang di Indonesia. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan dalam permintaan pusat data, baik dari segi volume maupun kualitas layanan yang diinginkan oleh pelanggan.

Berdasarkan Data Center Indonesia, volume permintaan diperkirakan akan tumbuh dari US$ 2,06 miliar tahun 2023 menjadi US$ 3,98 miliar tahun 2028, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata (Compound Annual Growth Rate/CAGR) 14,09 persen selama periode 2023-2028. Pertumbuhan pusat data ini sejalan dengan peralihan gaya hidup dengan cara digital serta perkembangan industri dan infrastruktur ekonomi digital.