SKK Migas: Ini Cara Hulu Migas Kurangi Emisi Karbon •
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro, saat menjadi salah satu pembicara pada kegiatan talkshow di Paviliun Indonesia pada ajang COP28 di Dubai, Jum’at (1/12).
Dubai, – Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia menjadi bagian penting dalam upaya mengurangi emisi karbon. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagai wakil Pemerintah dalam mengelola hulu migas telah memiliki roadmap pengelolaan emisi karbon melalui Program Low Carbon Iniciative yang ada di Rencana dan Strategi (Renstra) Indonesia Oil & Gas (IOG) 4.0.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro, menyebutkan kegiatan dalam rangka mendukung Low Carbon Iniciative antara lain melalui regulasi, manajemen energi, zero flaring, proyek Carbon Capture and Storage (CCS) maupun Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Tidak hanya itu, di setiap aktivitas hulu migas selalu ada upaya mengurangi emisi dan melakukan reforestrasi atau penghijauan kembali
“Industri hulu migas di Indonesia telah menempatkan lingkungan berkelanjutan sebagai salah satu target dalam Renstra IOG 4.0,” ungkap Hudi saat menjadi salah satu pembicara pada kegiatan talkshow di Paviliun Indonesia pada ajang COP28 di Dubai, Jum’at (1/12).
Menurutnya, apa yang dilakukan industri hulu migas telah sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dan mewujudkan target net zero emission (NZE) di tahun 2060.
Lebih lanjut, Hudi menyampaikan bahwa kebutuhan energi migas di Indonesia terus meningkat. Meskipun secara prosentase kontribusinya menurun, tapi secara volume bakal bertambah. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan minyak di tahun 2050 akan meningkat 139 persen dan gas meningkat 298 persen.
“Artinya, ekplorasi untuk menemukan cadangan migas baru harus terus dilakukan, karena selain kebutuhan yang meningkatkan, potensi migas di Indonesia masih menjanjikan. Dari 128 cekungan di Indonesia, yang sudah berproduksi saat ini sebanyak 20 cekungan,” jelasnya.
Di era transisi energi, peranan gas akan sangat penting karena memiliki emisi karbon yang paling rendah dibandingkan energi fosil lainnya.
“Kami bersyukur potensi gas di Indonesia masih sangat melimpah. Baru-baru ini, Indonesia mencatatkan sebagai salah satu giant discovery terbesar nomor tiga dunia dengan penemuan cadangan gas yang besar di blok North Ganal di Kalimantan Timur,” ungkap Hudi.
Terkait proyek CCS/CCUS, Indonesia telah bergerak maju untuk mengimplementasikannya. Selain Tangguh, proyek Abadi Masela juga akan mengimplementasikan CCS/CCUS.
Untuk proyek Tangguh, beberapa waktu yang lalu Presiden Jokowi telah melakukan groundbreaking proyek CCS Ubadari. Proyek ini dengan potensi kapasitas penyimpanan CO2 hingga 1,8 Gt. Selain menghasilkan tambahan produksi gas, proyek ini ini akan menginjeksikan sekitar 30 juta ton CO2 sampai tahun 2035 ke reservoir yang ada.
“Ini bukti keseriusan Pemerintah, SKK Migas dan KKKS dalam menerapkan teknologi CCS/CCUS untuk mengurangi emisi karbon dan menjaga lingkungan berkelanjutan,” ujarnya.