Tahun Depan, HCML Ajukan Perpanjangan Kontrak WK Madura Strait •

Didampingi SKK Migas, sejumlah jurnalis media nasional mengunjungi Gas Metering Station (GMS) yang dioperasikan oleh Husky–CNOOC Madura Limited (HCML) di Pasuruan, Jawa Timur, Senin (27/11).

Pasuruan, – Kontraktor Kontrak Kerja Sama Husky–CNOOC Madura Limited (HCML) kembali menegaskan bahwa 100 persen gas yang diproduksinya digunakan untuk mendukung kebutuhan pupuk, listrik, industri domestik dan jaringan gas rumah tangga (jargas). Hal ini sejalan dengan kebijakan SKK Migas dalam mengutamakan kebutuhan energi dalam negeri.

VP Operations HCML, Perkasa Sinagabariang, menjelaskan bahwa HCML yang menjadi operator dari Wilayah Kerja (WK) Madura Strait terus berkomitmen untuk tetap memproduksi gas guna memenuhi kebutuhan domestik. Produksi puncak sales gas HCML saat ini sebesar 250 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) dan merupakan yang terbesar di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

“Kami berharap melalui 3 lapangan yang ada saat ini dapat mendorong pertumbuhan berbagai industri di Jawa Timur dalam menyerap potensi suplai gas dari HCML. Seperti kita ketahui dalam beberapa waktu mendatang akan ada beberapa pengembangan industri di Jawa Timur,” ujar Perkasa saat menerima kunjungan SKK Migas dan Media Nasional ke Gas Metering Station (GMS) HCML berlokasi di Pasuruan, Jawa Timur, Senin (27/11).

Saat ini, jelasnya, HCML memiliki tiga lapangan utama yang telah berproduksi, yaitu lapangan BD, lapangan 2M, dan lapangan MAC. Produksi Lapangan BD didukung oleh tiga fasilitas utama yaitu Anjungan Sumur Lepas Pantai (offshore Wellhead Platform/WHP), Gas Metering Station (GMS) yang terletak di kota Pasuruan, dan fasilitas Produksi Terapung, Penyimpanan, dan Pembongkaran (Floating Production, Storage, and Offloading/FPSO).

Dari FPSO, sales gas yang sudah memenuhi spesifikasi akan di alirkan ke GMS melalui pipa gas bawah laut sepanjang kurang lebih 53 Km. Total kapasitas produksi dari lapangan ini sekitar 120 MMSCFD dan 8.000 BCPD (barel kondensat per hari). Berdasarkan data per 31 Oktober 2023, saat ini lapangan BD mengirimkan sales gas sebesar 110 MMSCFD dengan 6.000 barel kondensat per hari.

“Lapangan BD adalah satu-satunya lapangan HCML yang memiliki kandungan H2S dan juga condensate, sehingga membutuhkan pengolahan yang cukup kompleks. FPSO Karapan Armada Sterling III menjadi satu-satunya anjungan terapung di Indonesia yang memiliki fasilitas Sulphur Recovery Unit,” ujar Perkasa.

Lapangan 2M (MBH dan MDA) memiliki konfigurasi dua fasilitas anjungan lepas pantai (Anjungan MBH dan MDA) dengan satu fasilitas produksi terapung (Floating Production Unit/FPU) dengan kapasitas produksi gas sebesar 127 MMSCFD dan kapasitas sales gas sebesar 120 MMSCFD. Fasilitas FPU sendiri memiliki kapasitas produksi sebesar 175 MMSCFD dan diharapkan akan menampung gas dari pengembangan lapangan lainnya dikemudian hari (MDK dan MBF).

Lapangan 2M pertama kali berproduksi pada bulan Oktober 2022, setelah diselesaikannya pekerjaan fabrikasi dan konstruksi FPU di Tiongkok yang dimulai sejak Mei 2021 dan sailaway menuju Indonesia di akhir Agustus 2022. Proses fabrikasi, konstruksi dan instalasi FPU Trunojoyo ini dilakukan di tengah-tengah pandemi Covid-19, dan menjadi contoh sukses penerapan Agile Project Management dengan memaksimalkan teknologi komunikasi dan digital terkini dalam melakukan pengendalian jarak jauh dari Jakarta atas pekerjaan fabrikasi dan konstruksi FPU.

Kemudian lapangan MAC, yang memiliki kapasitas produksi gas sebesar 54 MMSCFD dan kapasitas sales gas sebesar 50 MMSCFD. Lapangan MAC terdiri dari Wellhead Platform dan Mobile Offshore Production Unit (MOPU). MOPU Prameswari 8 memiliki keistimewaan tersendiri, karena menjadi MOPU pertama yang proses desain dan fabrikasinya dilakukan seluruhnya di Indonesia.

“Dari tiga lapangan tersebut, yakni lapangan BD, 2M (MDA-MBH) dan MAC, HCML menjadi produsen gas terbesar. Secara persentase produksinya mencapai 30 persen dari total produksi gas di wilayah Jawa Timur,” ungkap Perkasa.

Tiga fasilitas production hub yang menopang HCML memproduksikan gas bumi dan kondensat di WK Madura Strait PSC.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D Suryodipuro, menyampaikan bahwa dengan tiga lapangan yang telah berproduksi dan beberapa lapangan baru yang sedang dikembangkan tidak hanya akan membuat produksi HCML meningkat tetapi juga menjadi lebih terintegrasi untuk kegiatan produksi yang lebih masif. Saat ini, HCML tengah mengembangkan dua lapangan baru, yakni lapangan MDK yang dijadwalkan onstream tahun 2026, dan lapangan MBF tahun 2027.

“HCML akan terus berupaya untuk melakukan pengembangan lapangan-lapangan gas baru untuk memaksimalkan pemanfaatan gas bumi di Indonesia, hal ini juga dibarengi dengan tujuan untuk mendukung SKK Migas dalam pencapaian produksi gas sebesar 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik per hari) pada tahun 2030,” ujar Hudi.

Hal ini juga disampaikan oleh Manager Production BD, Suryo Birowo. Malahan, Suryo menegaskan bahwa pemanfaatan suplai gas dari HCML sudah dirasakan oleh masyarakat terutama sektor kelistrikan, industri pupuk dan lainnya, dan juga jaringan gas bersubsidi di wilayah Jawa Timur.

Menurutnya, HCML akan tetap mengoptimalkan produksi dari semua lapangan di Madura Strait PSC, terutama lapangan BD yang memproduksi kondensat. Sementara pengembangan lapangan HCML lainnya akan memberikan penambahan produksi gas sehingga mencapai ±300 MMscfd. Target ini diharapkan bisa dicapai pada tahun 2026-2028.

“HCML akan terus berupaya melakukan pengembangan lapangan-lapangan gas baru untuk memaksimalkan pemanfaatan gas bumi di Jawa Timur dan pendapatan Pemerintah. HCML pun berencana untuk mengajukan perpanjangan Madura Strait PSC pada akhir tahun 2024 nanti,” ungkap Suryo.